Berkat kandungan kimia unik pula, minyak sawit tahan terhadap suhu tinggi dalam proses memasak, dan tahan disimpan dalam waktu lama, cocok untuk berbagai produk.
Minyaknya juga bisa dipakai sebagai bahan bakar, begitupun biji kelapa yang tersisa yang masih bisa diproses kembali. Batoknya dihancurkan dan dipakai untuk membuat beton, dan abu sisa pembakaran sabut dan batoknya pun bisa digunakan sebagai pengganti semen.
Kelapa sawit mudah tumbuh di daerah tropis dan sangat menguntungkan bagi petani. Bahkan tanah yang gersang sekalipun, belakangan banyak digunakan sebagai perkebunan sawit.
Namun ekspansi besar-besaran perkebunan sawit dituduh menjadi biang kerok pembabatan hutan masif di Indonesia dan Malaysia, termasuk menghancurkan habitat hewan-hewan yang terancam punah di sana, seperti orang utan.
Dua negara ini saja, bilang digabung, memiliki sekitar 13 juta hektar perkebunan sawit, nyaris separuh dari total seluruh dunia.
Menurut Global Forest Watch, Indonesia kehilangan cakupan pohon seluas 25,6 juta hektar pada medio 2001 dan 2008, sebuah area yang besarnya nyaris seluas New Zealand.
Ini yang membuat pemerintah dari seluruh dunia, juga pengusaha, berusaha mencari alternatif selain sawit. Namun menemukan pengganti untuk produk ini bukan pekerjaan mudah.
Pendekatan paling mudah adalah mencari minyak sayur lain, yang memiliki sifat serupa.
Saat merancang sabun bebas sawit, merek kosmetik LUSH dari Inggris menggantikannya dengan campuran minyak dari biji rapeseed dan minyak kelapa. Sejak itu, mereka juga berangsur-angsur memakai minyak bunga matahari, mentega kakao, minyak olive, dan biji gandum.
Sementara itu, para ahli makanan dan kosmetik membuat ramuan dengan alternatif yang lebih eksotis, seperti minyak dari shea, sal, jojoba, kokum, illipé, jatropha dan kulit mangga.
Dengan cara menghidrogenasi dan mencampurkan "minyak eksotis" ini, campuran baru yang menyerupai sawit bisa tercipta. Namun tidak satupun yang semurah atau semudah sawit.
Kacang shea Afrika, misalnya, dipanen dan dijual dengan jumlah kecil oleh komunitas lokal. Ini menjadikan rantai persediaan sangat kecil dan rentan terhadap gangguan.
Bukan itu saja kesulitannya. Seperti halnya kedelai — tanaman lain yang dituduh menyumbang kerusakan hutan hujan — penggunaan besar sawit lainnya adalah pakan ternak dan hewan peliharaan.
Selain mengandung kalori tinggi, sawit juga kaya akan asam lemak esensial dan membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak. Saat permintaan global akan daging, unggas, dan produk berbahan susu naik, maka permintaan akan sawit juga akan terus meningkat.
Peneliti di Poznań University of Life Sciences di Polandia telah berusaha menggantikan kandungan sawit yang ada di pakan ayam dengan sumber nutrisi yang lebih berkelanjutan: serangga.
Mereka memberi makan ayam-ayam dengan minyak dari larva sebagai pengganti sawit, dan menemukan tak ada pengaruhnya pada pertumbuhan ayam. Larva memiliki kandungan protein tinggi, dan bisa diternakkan dari sampah sisa makanan.
(Fakhri Rezy)