JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada bulan Mei 2020 mencapai Rp179,6 triliun atau sekitar 1,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit ini dikarenakan terjadinya kontraksi pada penerimaan. Sedangkan anggaran untuk kebutuhan belanja sangat tinggi.
"Defisit Rp179,6 triliun atau 1,1% dari total defisit dalam Perpres 54. Ini terjadi berarti kenaikan defisit 42,8%. Kenaikan defisit dibandingkan tahun lalu terjadi karena semua penerimaan negara mengalami kontraksi," ujarnya dalam telekonferensi APBN KiTA, Selasa (16/6/2020).
Baca Juga: Mimpi Sri Mulyani Balikkan Defisit APBN 3% Setelah 2022
Sri Mulyani menjelaskan, pada akhir Mei, penerimaan negara baru terkumpul Rp664,3 triliun atau 37,7% dari target APBN 2020 perubahan yang diatur dalam dalam Perpres 54/2020, Rp1.760,9 triliun. Dibandingkan tahun lalu angka tersebut mengalami penurunan sebesar 9,1% .
Khusus penerimaan pajak, tercatat hanya sebesar Rp444,6 triliun atau turun 10,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara, penerimaan bea dan cukai terkumpul Rp81,7 triliun atau tumbuh 12,4% secara tahunan.
Kemudian, PNBP juga ikut mengalami kontraksi. Tercatat hingga akhir Mei, PNBP yang terkumpul mencapai Rp136,9 triliun atau 46% dari target Perpres 54/2020.
"Kita lihat sampai akhir Mei penerimaan negara mengalami kontraksi. Seperti yang disampaikan terjadi kontraksi penerimaan dibandingkan tahun lalu akibat Covid-19," jelasnya
Baca Juga: Kerangka Ekonomi Makro 2021 Disetujui, Pertumbuhan Dipatok 5,5%
Sedangkan dari sisi, belanja negara tercatat sebesar Rp843,9 triliun atau 32,3% dari alokasi APBN 2020 perubahan, Rp2.613,8 triliun. Dengan realisasi tersebut, belanja negara hingga akhir Mei turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar 1,4%.
Dari jumlah tersebut belanja Kementerian Lembaga (K/L) menurun sebesar 6,2% secara tahunan. Sedangkan belanja non K/L justru naik 10,1% menjadi Rp267 triliun.
"Belanja K/L Rp270,4 triliun atau 32,3% kontraksi 6,2%. Sementara belanja non K/L atau naik 10% dibandingkan tahun lalu," jelasnya