Sri Mulyani Jaga-Jaga Arus Modal Keluar Indonesia pada 2021

Giri Hartomo, Jurnalis
Jum'at 19 Juni 2020 10:07 WIB
Sri Mulyani (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Pemerintah akan terus memperkuat fundamental perekonomian negara pada tahun depan. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi gejolak arus modal keluar atau capital outflow.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku mengantisipasi gejolak arus modal keluar (capital outflow) pada 2021. Pemicunya adalah kemungkinan berubahnya arah kebijakan moneter di sejumlah negara tahun depan.

"Kebijakan moneter ini mungkin secara bertahap akan berubah yang harus diantisipasi dan berpotensi menimbulkan gejolak arus modal keluar pada 2021," ujarnya dalam Rapat Paripurna, Kamis (18/6/2020).

Baca Juga: Covid-19 Bikin Situasi Tak Normal, Ekonomi RI Diprediksi Minus 3% di Kuartal II-2020 

Menurut Sri Mulyani, ada beberapa alasan mengapa pemerintah harus mati-matian untuk menahan arus modal asing keluar. Pertama adalah, saat ini banyak negara membutuhkan sumber pendanaan besar untuk membiayai stimulus ekonomi akibat Covid-19.

Hal ini juga akan berakibat kepada biaya pinjaman di pasar global yang meningkat. Apalagi, seluruh negara bersaing ketat untuk mencari pendanaan untuk stimulus.

Baca Juga: Ekonomi RI 2021 Dipatok 5,5%, Sri Mulyani: Asal Tak Ada Gelombang Kedua Covid-19 

Namun tingginya biaya pinjaman dapat ditahan dengan kebijakan moneter di berbagai negara yang cenderung lunak dan ekspansif (quantitative easing/QE). Bentuknya, antara lain penurunan suku bunga dan menjaga likuiditas yang cukup. Namun, bendahara negara mengantisipasi jika arah kebijakan moneter itu berubah tahun depan sehingga memicu arus modal asing keluar.

"Ini memerlukan pengelolaan kebijakan fiskal yang makin hati-hati dan pentingnya pelaksanaan program konsolidasi fiskal dan penyehatan kembali APBN," kata Sri Mulyani.

Wanita yang kerap disapa Ani itu juga menambahkan, ke depan masih terdapat sejumlah risiko eksternal. Pertama, perang dagang dan persaingan geopolitik antara AS-China.

Seperti diketahui, kedua negara tersebut mulai kembali bersitegang setelah sempat mereda pada akhir 2019 lalu.

Kedua, dia memprediksi fenomena new normal akibat Covid-19 dapat memunculkan pola permintaan baru yang mempengaruhi perdagangan dunia ke depan. Kondisi new normal ini juga akan mempengaruhi kegiatan pariwisata yang merupakan penghasil devisa bagi Indonesia.

"Pada dasarnya, pergerakan nilai tukar Rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun domestik," kata Sri Mulyani

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya