Panas, Bos Inalum Kehabisan Akal Ladeni Anggota DPR soal Pembelian Saham Freeport

Giri Hartomo, Jurnalis
Selasa 30 Juni 2020 17:14 WIB
Bos Inalum soal Saham Freeport (Foto: Shutterstock)
Share :

Nasir pun kemudian menanyakan kembali alasan mengapai harus berutang. Sebab dirinya menilai jika pengelolaan saham PTFI tidak benar karena membeli dengan utang dan membayarnya dengan utang

"Coba jelasin ini apa manfaatnya? Kok kita jadinya pusing. Jadi ini kalau terjadi perang, ini covid sama saja dengan perang, masa kita suruh bayar lagi? Apa apaan. Jadi yang logikalah, jangan kita gadaikan semua ini," tanya Nasir.

Lalu, Orias pun menjelaskan jika refinancing yang dilakukan Mind Id bukanlah untuk membayar kembali kepada PTFI. Sebab, refinancing yang dilakukan perseroan adalah untuk membayar utang yang akan jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan.

Menurut Orias, refinancing utang obligasi yang akan jatuh tempo pada 2020 dan 2023 diklakukan dengan cara perseroan membeli langsung obligasi dari pemegang obligasi. Kemudian, Inalum menawari pemegang obligasi dengan obligasi baru yang memiliki tenor lebih panjang.

Dengan menerbitkan utang baru ini, beban bunga yang ditanggung perseroan lebih rendah 0,7% dari beban bunga sebelumnya. Sehingga, beban bunga yang ditanggung perseroan berada di kisaran 5,4 % saja per tahun.

"Ada lebih USD 1,5 miliar untuk refinancing anak usaha yang memiliki bunga tinggi. Kalau yang bond, mungkin karena prosesnya rumit, kita akan lewat pasar. Ini mekanismenya sedang kita pikirkan," jelasnya.

Kemudian Nasir pun meminta penjelasan mengenai cara perusahaan untuk mendapatkan utang. Dan juga Nasir menanyakan menanyakan mekanisme penerbitan utang obligasi yang tidak menggunakan jaminan.

Hal ini pun langsung dijawab oleh Orias. Orias menjelaskan bahwa instrumen obligasi bukanlah utang dengan ikatan aset kolateral sebagai jaminan. Praktik penerbitan utang seperti ini adalah hal wajar dilakukan oleh korporasi di manapun.

"Jadi pak, pinjaman yang USD4 miliar dan USD2,5 miliar enggak ada kolateralnya. Clean. Ini kami terbitkan global bond, ada 300 institusi yang partisipasi. Seluruh dunia. Karena ini di pasar modal, pembelinya bergerak setiap hari. Tapi yang pasti enggak ada kolateral," kata Orias.

Lalu Orias Nasir pun kembali mempertanyakan bagaimana bisa seorang peminjam memberikan utang tanpa adanya jaminan. Apalagi jika nantinya utang tersebut sudah jatuh tempo, maka tidak ada jaminan yang dijaminkan oleh perseroan.

"Sumber dana yang tidak bisa dapat jaminan dari mana saja/ Gimana carannya? Kita enggak paham pak dari mana orang yang enggak bisa pakai jaminan? Atas dasar apa mereka kasih pinjaman," tanya Nasir.

Orias pun kembali menjelaskan jika pinjaman yang dilakukan adalah lewat proses obligasi yang tidak ada jaminan. Perusahaan yang memberikan pinjaman tersebut melihat jika potensi dan kemampuan perseroan sangat mampu untuk membayar utang.

"Ini dari pasar modal pak. Itu memang selalu saya kerjakan pak kita pinjam enggak pakai jaminan pak. Jadi ini penerbitan biasa di pasar modal dan itu terjadi di Jakarta juga. Karena mereka melihat kemampuan kita ke depan. Mereka tidak ragu," jawab Orias.

Kemudian Nasir pun kembali bertanya bagaimana kemampuan perseroan untuk membayar utang. Apalgi jika nantinya produksi yang dilakukan perseroan ini tidak memenuhi ekspektasi dari target yang sudah ditetapkan perseroan.

"Kalau sumber dananya tidak memenuhi gimana cara bayarnya? Kalau tahun daepan enggak bisa bayar gimana? Utang lagi pak?

Orias pun menegaskan perseroan optimistis dapat membayar utang tersebut. Hal itu juga ditegaskan dengan peringkat yang diberikan oleh lembaga pemeringkat internasional terhadap perseroan dan surat utang itu.

Orias juga menegaskan bahwa perseroan masih memiliki posisi kas yang cukup kuat yakni Rp42 triliun. Apalagi jika melihat produktivitas kedepan yang didapat dari perseroan dan anak usahanya, dirasa tdiak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan terkait penerbitan utang ini.

"Ini makanya kita lakukan excersice tahun sebab kalo enggak melakukan apa-apa untuk membayar, maka tekanan USD1 miliar itu tahun depan menjadi terlalu besar. Makanya kita llakukan pembayarannya setengahnya dan jatuh temponya digeser 10 tahun dari sekarang," jelasnya.

Kemudian Nasir pun bertanya kembali, bagaimana jika akhirnya perseroan tidak mampu membayar utang obligasi. Apakah perseroan akan kembali menerbitkan utang untuk menutupinya.

"Saya sekarang bukan bagaiaman selesaikan dengan cara utang? bukan tambah buat masalah. Bapak kalau cuma ambil keuntungan dari 3 perusahaan ini, bangkrut ini. Digadaikan itu," tanya Nasir.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya