Menurut Dikki, ekspektasi harga jual yang masih akan mencetak rekor ini dikarenakan adanya ketidakpastian pada ekonomi global. Belum lagi, sejumlah negara juga banyak yang mengalami resesi ekonomi sehingga berimbas kepada harga emas.
Selain itu, ekspektasi ini juga didukung dengan rendahnya tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mencapai 0,25%. Selain memang adanya kebijakan bank sentral Amerika Serikat untuk menggelontorkan stimulus fiskal dengan program aset.
Ditambah lagi, aksi para pelaku pasar terhadap kenaikan harga emas juga masih berlanjut. Salah satu contohnya adalah aksi Warren Buffet yang memborong emas menjadi sinyal bahwa perburuan terhadap aset safe heaven belum usai.
"Alasan fundamental yang memperkuat hal ini adalah ketidakpastian ekonomi global dan resesi yang meluas ke banyak negara. Meski optimisme terhadap vaksin covid-19 cukup tinggi, namun ekspektasi investor terhadap pemulihan ekonomi belum menyeluruh," jelasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)