JAKARTA - Pemanfaatan gas bumi masih belum maksimal, terutama gas bumi untuk rumah tangga. Masalah utamanya adalah kurang masifnya pembangunan jaringan gas (jargas).
Pembangunan jargas sendiri sebaiknya dilakukan oleh pemerintah melalui APBN. Setelah berjalan baru diserahkan kepada perusahaan negara yang menjadi operator gas bumi. Setidaknya hal itu dilakukan di berbagai negara besar seperti Inggris.
"Pembanguan infrastruktur gas bumi ini memang mahal. Pemerintah dalam APBN sudah menganggarkan pembangunan jargas, tapi jumlahnya terbatas, tidak menjangkau seluruh wilayah Indonesia," kata Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan di Jakarta, Jumat (21/5/2021).
Baca Juga: Pakai Gas Bumi Dinilai Lebih Murah, Begini Penjelasannya
Menurut Mamit jika saja pemerintah mau serius dalam pembangunan jargas, dia yakin masyarakat akan mau beralih menggunakan gas bumi. Sebab dari sisi keamanan hingga harga, gas bumi masih jauh lebih baik.
"Kalau pemerintah serius bangun jargas masyarakat pasti mau, karena memang dari sisi aman lebih aman, kedua dari sisi harga jauh lebih murah," tutupnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan jaringan gas bumi sebanyak 120.776 sambungan rumah yang tersebar di 21 kabupaten/kota pada tahun 2021.
Target tersebut pun akhirnya tercapai karena seluruh kontrak pembangunan jargas untuk rumah tangga sudah diteken.
Kontrak tahap I telah ditandatangani pada 10 Maret 2021 untuk lima paket jargas senilai Rp467,791 miliar sebanyak 60.875 SR.
Kontrak tahap II diteken 15 Maret 2021 senilai Rp137,13 miliar untuk membangun 15.440 SR. Jargas dibangun di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang sebanyak 8.541 SR, serta Kabupaten Banyuasin sebanyak 6.899 SR.
Kontrak tahap III-2021 dengan pembangunan jargas tersebut untuk 44.461 sambungan rumah (SR) dengan nilai Rp372,134 miliar. Dengan penandatanganan ini, berarti seluruh kontrak pembangunan jargas tahun ini yang dibagi dalam 10 paket telah diteken.
Gas bumi salah satu energi yang terus dikembangkan pemerintah. Sebab, dengan cadangan yang besar, gas bumi bisa dimanfaatkan untuk industri hingga rumah tangga.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, ketersediaan jargas menjadi salah satu kendala penggunaan gas bumi yang belum maksimal. Sementara untuk membangun jargas ada kalkulasi bisnis yang harus diperhitungkan.
"Jadi gas itu sebelum ada yang membeli dia nggak akan diusahakan, karena gas tidak bisa ditampung. Berbeda dengan minyak," tuturnya.
Hal yang paling mahal dalam pembangunan jargas adalah rencana tata ruang wilayah (RTRW). Sebab sebagian besar wilayah seperti di Jakarta penataannya tidak dibuat untuk memanfaatkan gas bumi.
"Misalnya di Sudirman, Jakarta, itu kan semua gedung-gedung. Kalau mau bangun jaringan sekarang agak berat, karena harus lewat bawah gedung-gedung itu. Jadi kalau untuk wilayah yang sudah mapan agak susah," katanya.
Pengerjaan jargas terdiri 3 tahap yakni prakontruksi, kontruksi, dan operasional. Untuk tahap prakonstruksi meliputi pemilihan lokasi dan perizinan lahan, koordinasi dengan instansi terkait yang memiliki jaringan perpipaan dan kabel di sekitar lokasi jalur pipa, seperti PDAM, PLN, Telkom, dan lain-lain.
Mengingat seluruh lokasi jalur pipa adalah di tepi jalan dan merupakan lahan milik negara, baik jalan negara maupun jalan propinsi, maka kegiatan peletakkan pipa nantinya belum membutuhkan pembebasan lahan. Namun, untuk pemasangan Metering and Regulating Station (MR/S) dan Regulating System (RS) akan dilakukan permintaan izin. Terkecuali, penempatan pipa berlokasi pada sarana umum pmilik pemerintah.
Untuk tahap konstruksi merupakan kegiatan fisik pelaksanaan berupa pemasangan pipa. Kegiatan ini meliputi mobilisasi peralatan dan material, penggalian, serta pengelasan, testing and commissioning.
Pipa distribusi utama untuk jargas rumah tangga adala Pipa PE diameter 63-180 milimeter. Nah Lahan yang diperlukan untuk pemasangan pipa PE 63–180 mm adalah lebar galian 0,5 m dengan kedalaman 0,7–1,1 m. Panjang galian yang terbuka (digali) 100m.
Dengan begitu menurut Komaidi pemanfaatan gas bumi memang lebih cocok di pemukiman baru, baik itu apartemen maupun rumah tapak. Pembangunan jargas bisa direncanakan sejak awal.
(Dani Jumadil Akhir)