Dalam mendorong pengembangan riset dan inovasi, Pemerintah juga telah memberikan insentif pajak super tax deduction untuk lembaga penelitian serta dunia usaha pada riset dan pengembangan. “Pemanfaatannya selama ini belum maksimal, sehingga tentu butuh sosialisasi yang lebih erat. Tools yang sebetulnya alat untuk mendorong kerjasama antara privat industri dan akademik itu sudah ada. Insentifnya sudah ada, tinggal ini dikapitalisasi dan dimanfaatkan. Diharapkan kita bisa memperdalam struktur perkonomian berbasis ilmu pengetahuan dan teknolgi,” lanjut Menko Airlangga.
Selanjutnya, Menko Airlangga berharap bahwa pertumbuhan riset menuju ekonomi hijau, ekonomi berkelanjutan mengurangi polusi, menggunakan sumber daya yang lebih efisien dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berbasis kepada bahan bakar hijau atau green fuel.
“Kita sudah punya success story B30 yang mana dengan B30, harga kelapa sawit sudah mencapai harga tertinggi atau kita sebut super cycle. Ini perlu terus didorong untuk terus mendorong ekspor kita. Dengan demikian kebijakan B30 mendorong kekuatan kita di sektor energi dan tentu walaupun sekarang B30 sudah dikatakan membuat Indonesia menjadi negara bio diesel terbesar di dunia, lebih besar dari Brazil, namun kita dari segi inovasi harus tetap satu langkah ke depan dengan mempersiapkan B100,” kata Menko Airlangga.
Kemudian, terkait dengan digitalisasi atau industry 4.0, di tahun 2018 Presiden Joko Widodo telah meluncurkan “Making Indonesia 4.0” yang diharapkan sudah terakselerasi. Adanya pandemi Covid-19, mau tidak mau Indonesia masuk di era digitalisasi. Menko Airlangga mengatakan bahwa big data dan data center pada era ini merupakan “new petrochemical”.
Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga mengharapkan sumbangsih dari BRIN maupun BPPT dalam penanganan pandemi Covid-19, terutama dalam pengembangan Vaksin Merah Putih dan adaptasi teknologi lainnya yang diharapkan di tahun 2022 bisa dipanen. “Karena kita berharap ketergantungan terhadap impor vaksin bisa berkurang dan biaya yang selama ini digunakan untuk impor vaksin ke depannya bisa digunakan penuh untuk mendorong kemampuan teknologi dan bio science Indonesia,” pungkas Menko Airlangga.
(Dani Jumadil Akhir)