JAKARTA - Konflik Rusia dengan Ukraina diyakini mengerek laju inflasi. Harga pangan maupun energi pun meningkat, bahkan lebih tinggi sebelum konflik kedua negara terjadi.
"Jadi negara harus segera lakukan perubahan di dalam APBN untuk menyesuaikan pos belanja, khususnya pos belanja subsidi energi, subsidi pangan, dan belanja jaminan sosial. Karena tiga komponen ini yang sekarang dibutuhkan untuk meredam kenaikan harga yang mungkin dalam jangka pendek akan dirasakan di tanah air, khususnya penyesuaian BBM, LPG, dan tarif dasar listrik," Ekonom Bhima Yudhistira, kepada MNC Portal Indonesia, Jakarta, Senin (28/2/2022).
Baca Juga: Akses Transaksi Orang Kaya dan Bank Rusia Dibatasi
Dia mengingatkan, jaring pengaman harus dipertebal. Kedua, Indonesia memang memiliki ketergantungan besar akan gandum dari Ukraina dan Rusia juga merupakan salah satu eksportir gandum untuk Indonesia.
Yang perlu dilakukan, sambung Bhima, adalah pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Perdagangan, memanggil para importir dan pelaku di industri makanan dan minuman untuk mencari solusi bersama, termasuk mengalihkan barang-barang yang dibutuhkan sebagai komoditas bahan baku seperti gandum ke negara lainnya, seperti China, Australia, dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Rupiah Bisa Melemah ke Rp15.000/USD, RI Perlu Tengahi Konflik Rusia-Ukraina
"Ini harus dikunci kontraknya dalam jangka panjang, karena apa yang terjadi di Ukraina sepertinya tidak akan surut dalam jangka pendek ini. Ini salah satu mitigasinya," ungkap Bhima.
Tetapi, mitigasi lainnya adalah bagi para pelaku usaha lainnya, agar tidak buru-buru menaikkan biaya kepada konsumen. Dia menyebutkan, bisa dilakukan pemangkasan atau efisiensi di beberapa lini produksi sebelum akhirnya diputuskan untuk meneruskan beban biaya yang naik kepada konsumen.
"Jadi harus diminta pengertian bagi pengusaha bahwa situasi sekarang tidak semua konsumen siap untuk menerima naiknya harga, karena bisa mempengaruhi daya beli. Beberapa pengusaha sudah memahami itu, sehingga mereka memotong margin keuntungan dibandingkan menaikkan harga jual atau retail," jelas Bhima.