JAKARTA - Indonesia merupakan negara importir minyak. Tercermin dari impor minyak dalam negeri sejak Februari-Maret 2022 naik signifikan.
Data SKK Migas mencatat RI perlu mengimpor 500.000 barel minyak. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan minyak mentah di Indonesia.
"Kita ini importir minyak, kita bukan seperti dulu lagi yang swasembada minyak. Dan minyak kita makin hari makin tinggi ketika kita membagun petrokemikel," ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir Kamis, (24/3/2022).
Tercatat, produksi minyak dalam negeri hanya menyentuh 700.000 barel per hari (bph). Sementara, konsumsinya mencapai 1,5 juta barel per hari. Kesenjangan ini membuat pemerintah harus mengambil langkah impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Erick menilai perlunya satu ekosistem yang diperlukan untuk menekan angka impor minyak. Menurutnya, diperlukan ekuilibrium agar Indonesia tidak bergantung terhadap negara lain.
Keinginan itu sekaligus menekan impor bahan baku obat yang berasal dari petrokemikal, turunan dari minyak. Saat ini,%tase impor bahan baku obat-obatan mencapai 95%.
"Ingat salah satu turunan petrokemikal itu salah satunya obat, bahan baku obat yang selama ini Indonesia masih impor hingga 95% bahan baku obat. Artinya apa? Mesti ada ekuilibrium agar kita gak bergantung terus menerus, karena minyak itu salah satu yang konsumtif daripada bensin adalah kendaraan. Ini sebuah keharusan agar kita bisa mandiri," kata dia.