Sebagian besar kapal masih menggunakan bahan bakar dengan emisi karbon dan sulfur di atas 0,5 persen. Oleh karena itu, ada peluang menyediakan bahan bakar dengan emisi rendah dan sulfur 0 persen.
"Kami akan menggunakan LNG power barge yang memiliki generator listrik di atas kapal dengan sumber energi LNG, ini bisa dikatakan sebagai power bank di atas kapal. Serta, LNG shore connection untuk memenuhi kebutuhan listrik ketika kapal tambat di pelabuhan," katanya.
Estimasi biaya listrik di kapal berbahan bakar HSD adalah Rp4.500-Rp5.000/kWh, sementara dengan power barge, kapal menghasilkan nol emisi dan lebih hemat biaya listrik 10-30 persen.
Inisiatif kelima, operation & maintenance fasilitas LNG untuk meningkatkan value creation menjadi operator infrastruktur LNG baik di Subholding Gas Group maupun Pertamina Group. Hal ini akan menambah revenue dan juga kemampuan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas LNG.
"Inisiatif-inisiatif bisnis ini berangkat dari peluang LNG ke depan, di mana LNG punya peran penting pada masa transisi menuju net zero emission pada 2060," ujar Nofrizal.
(Dani Jumadil Akhir)