Terdampak Krisis, Nepal Minta Perantau Simpan Duit di Bank Domestik

Dinar Fitra Maghiszha, Jurnalis
Minggu 17 April 2022 20:05 WIB
Nepal minta perantau simpan uang di bank domestik. (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Krisis kenaikan harga komoditas memberi dampak terhadap sejumlah negara di Asia, termasuk Nepal.

Negara yang terletak di kawasan pegunuhan Himalaya itu meminta warga yang tinggal di luar negeri alias perantau agar menyimpan uang mereka di bank domestik.

Menteri Keuangan Nepal Janardan Sharma menuturkan hal ini merupakan langkah pemerintah untuk memastikan sistem keuangan memiliki likuiditas yang cukup, serta untuk menjaga cadangan devisa negara, dikutip dari Reuters, Minggu (17/4/2022).

Negeri yang berbatasan antara China dan India itu sedang memberlakukan pembatasan impor barang mewah sebagai langkah mengendalikan capital outflow.

Cadangan devisa mereka turun lebih dari 18 persen mencapai USD9,6 miliar atau setara Rp1,37 triliun hingga Maret 2022, yang cukup untuk membiayai sekitar enam bulan impor. (Kurs: Rp14.336)

Dengan menyimpan uang di dalam negeri, para perantau dinilai dapat memperbaiki koneksi dengan lembaga keuangan domestik sekaligus mendapatkan keuntungan dari bunga 6% - 7% yang ditawarkan oleh bank Nepal.

Pengiriman uang dari para tenaga kerja luar negeri juga dirasa mendesak untuk pembayaran eksternal. Namun, saat ini dana masuk dari luar negeri mengalami penurunan 3,0% menjadi USD5,3 miliar per Maret 2022.

Sejak pandemi muncul tahun 2020, sektor pariwisata Nepal merosot tajam. Pendakian Himalaya dikabarkan juga sempat ditutup akibat penyebaran Covid-19.

 BACA JUGA:3 Makanan ala Nepal yang Dikenal Enak

Sharma mengatakan jika sekitar 100.000 warga Nepal yang tinggal di luar negeri masing-masing mendepositokan USD10.000 di bank Nepal, hal itu dinilai dapat membantu Nepal mengatasi kendala likuiditas saat ini.

Sembari menunggu kepedulian warga negaranya, Nepal memutuskan untuk menerima bantuan dari Amerika Serikat sebesar USD659 juta, dan sekitar USD150 juta dalam bentuk pinjaman lunak dari Bank Dunia.

Di tengah lonjakan harga bahan bakar dan sembako, Sharma membantah bahwa krisis yang dihadapi Kathmandu saat ini mirip seperti Sri Lanka.

Saat ini, negara di Asia Selatan itu tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, ditambah protes anti-pemerintah.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya