3. Prinsip Realisasi (Realization Principle)
Semua pendapatan yang kalian simpan dan catat dalam basis nilai perolehan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, pada akhirnya akan berada di fase pencocokan biaya-pendapatan. Maksudnya untuk mempertemukan pendapatan dengan biaya yang akan dikeluarkan.
Di samping itu, tujuan jika kalian menerapkan prinsip ini adalah untuk menentukan laba bersih dalam satu periode tertentu. Misal kalian sudah mengeluarkan biaya produksi 10 juta, sedangkan penghasilan kotor 15 juta. Jadi laba bersihnya adalah 5 juta.
4. Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas (Substance Over Form Principle)
Sebagai akuntan, kalian hendaknya menjunjung tinggi prinsip substansi mengungguli formalitas dalam prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan. Prinsip ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang jujur terkait pelaporan keuangan.
Apa saja informasi akuntansi yang dimaksud? Setiap transaksi dan peristiwa yang terjadi, harus kalian catat sesuai substansi dan realitas ekonomi, bukan karena sebuah formalitas belaka. Intinya setiap pencatatan wajib konsisten sesuai standar tanpa maksud dan tendensi tertentu.
Atau bilamana substansi transaksi atau peristiwa tidak konsisten dengan aspek formalitasnya, kalian wajib mencantumkan alasannya di Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Prinsip Periodisitas (Periodicity Principle)
Dalam melakukan kegiatan akuntansi dan pencatatan laporan keuangan, perusahaan kalian biasanya wajib membagi waktu secara periodik. Pelaporan keuangan yang periodik seperti ini, membantu perusahaan dalam mengukur tingkat kinerjanya selama periode tertentu.
Pada perusahaan, kalian bisanya diminta membuat laporan keuangan utama selama periode per tahun. Sementara untuk pelaporan realisasi anggaran, supaya lebih mudah, kalian akan melaporkannya per bulan atau per semester. Hal ini akan lebih mudah dilakukan jika Anda menggunakan sistem akuntansi berbasis online.
6. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Pelaporan akuntansi yang kalian lakukan harus sama dari waktu ke waktu, dari periode ke periode. Hal yang sama juga berlaku terhadap metode yang kalian pakai saat pelaporan akuntansi. Tidak boleh ada perubahan satu metode akuntansi satu ke metode akuntansi yang lain.
Kalian hanya bisa mengubah metode akuntansi yang dipakai jika telah memenuhi syarat. Adapun syaratnya adalah metode baru yang hendak kalian terapkan harus punya hasil lebih baik daripada metode yang kalian pakai sebelumnya.
Ketika kalian benar-benar mengubah metodenya, alasan yang mempengaruhi dan membuat kalian mempertimbangkan untuk menerapkan metode baru harus kalian cantumkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.