Pada 2022 target pemanfaatan biomassa sebanyak 450 ribu ton yang akan menghasilkan produksi energi hijau sebesar 334 gigawatt jam dengan pengurangan emisi sebesar 340 ribu ton karbondioksida.
Hingga April 2022 realisasi co-firing telah sebanyak 175 ribu ton biomassa dan menghasilkan produk energi hijau sebesar 185 gigawatt jam dengan pengurangan emisi sebesar 184 ribu ton karbondioksida.
Edi mengungkapkan hingga saat ini PLN telah berhasil melakukan implementasi pencampuran biomassa dengan batu bara pada 31 lokasi dari target 35 lokasi di tahun 2022. Dalam waktu dekat PLTU Air Anyir berkapasitas 2x30 megawatt sebagai unit pembangkitan utama di Pulau Bangka akan turut aktif dalam menerapkan program co-firing biomassa tersebut.
PLN sudah menjalin kontrak untuk penyediaan woodchip pada PLTU Air Anyir sebesar 15.000 ton untuk periode satu tahun dan direncanakan pengiriman perdana ke unit pada Juli 2022 mendatang.
PLTU Air Anyir telah melakukan uji bakar menggunakan woodchip 5,0 persen dengan hasil aman dan memenuhi parameter desain pada 19 April 2021. Pengujian dilakukan pada beban kotor 25 megawatt dengan menggunakan 36 ton biomassa dengan hasil secara umum kondisi semua parameter boiler dan operasi normal.
Sebagai langkah strategis menjaga kontinuitas pasokan biomassa, PLN telah mengupayakan penyediaan bahan baku dari berbagai sumber antara lain melalui pemanfaatan lahan tanaman energi, pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan, pemanfaatan lahan kering, serta pemanfaatan sampah.
“Untuk mempercepat implementasi co-firing biomassa pada PLTU, Kementerian ESDM telah melakukan penyusunan Peraturan Menteri ESDM tentang pemanfaatan biomassa sebagai campuran bahan bakar pada PLTU yang saat ini telah memasuki tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM,” pungkas Edi.
(Taufik Fajar)