Sementara itu, ekspor non migas juga mencatatkan pertumbuhan yang mencapai 28,39% yoy. Dari sisi sektoral, sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 63,17% yoy, disusul pertanian yang tumbuh 31,17% yoy dan manufaktur yang tumbuh 20,61% yoy.
Febrio bilang, pencapaian tersebut mencerminkan bahwa Indonesia masih menikmati keuntungan dari adanya kenaikan harga komoditas. Selain itu, pertumbuhan manufaktur juga mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia yang bernilai tinggi semakin meningkat.
"Ke depan, meskipun di tengah risiko seperti perlambatan ekonomi Tiongkok, ekspor diperkirakan melanjutkan kinerja yang baik dari bulan sebelumnya," ucapnya.
Berkaca dari hal itu, Febrio meyakini bahwa ekspor masih akan melanjutkan kinerja yang baik ke depannya jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Oleh karena itu, APBN akan terus digunakan agar dapat menopang kinerja ekspor dalam konteks memperkuat pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Adapun salah satu kebijakan yang diharapkan dapat mendorong adalah kebijakan penerimaan negara yang diarahkan mengurangi beban eksportir produk sawit dan turunannya.
"Pemerintah akan terus mewaspadai dan memitigasi dampak risiko global terhadap kinerja ekspor secara menyeluruh, misalnya dengan terus memonitor perkembangan kebijakan perdagangan internasional terkait komoditas strategis Indonesia," tutup Febrio.
(Feby Novalius)