JAKARTA - Pembangunan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai saat ini progresnya konstruksinya mencapai 68,49%. Bendungan tersebut dibangun sejak tahun 2018 dengan biaya Rp2,7 triliun.
Pada proses penyelesaiannya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono berpesan agar dilakukan Penghijauan disamping pembangunan yang dilakukan.
Menurutnya hal tersebut menjadi indikator penilaian suatu konstruksi bagunatau tidaknya. Untuk itu pada bendungan harus dilakukan pengamanan lereng serta Penghijauannya.
"Jangan biarkan tanah yang telah digali/dikupas terbuka, tetapi langsung ditutup. Tanami dengan pohon buah-buahan dan bambu untuk mencegah terjadinya longsor," ujar Menteri Basuki pada pernyataan tertulis, Minggu (3/10/2022).
Plt Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) NT II Feriyanto Pawenrusi mengatakan, bendungan dengan kapasitas tampung sebesar 45,78 juta m3 akan mengairi irigasi seluas 4.500 ha, mereduksi banjir 230 m3/dt dan menyediakan air baku dengan debit 0,13 m3/dt serta menjadi potensi listrik mencapai 1 MW.
Bendungan Temef dibangun sejak tahun 2018 dengan total biaya sekitar Rp 2,7 triliun, yang dibagi menjadi empat paket pekerjaan, yakni paket 1 (satu) dikerjakan PT Waskita Karya-PT Bahagia Bangun Nusa, KSO dan paket 4 oleh PT Waskita Karya-Bahagia-Guntur, KSO meliputi pekerjaan bangunan pengelak, bendungan utama, hidromekanikal dan bangunan fasilitas.
Sementara untuk paket dua dan paket 3 dikerjakan PT Nindya Karya-PT Bina Nusa Lestari, KSO yang meliputi pekerjaan bangunan pelimpah dan jalan akses.
"Saat ini progres konstruksinya secara keseluruhan sebesar 68,49% dan ditargetkan seluruhnya rampung pada tahun 2023 yang direncanakan dapat mulai pengisian air bendungan (impounding) pada sekitar Agustus 2023," pungkas Feriyanto.
(Taufik Fajar)