Padahal, lanjut Bambang Haryo, subsidi BBM yang dikucurkan pemerintah Indonesia lebih besar dibandingkan di Malaysia pada tahun 2022.
Di Malaysia, papar dia, pemerintah setempat mengucurkan subsidi BBM sebesar 30 miliar Ringgit atau setara dengan Rp99 triliun.
“Untuk kebutuhan 15,5 juta mobil dan 17,5 juta motor dengan konsumsi BBM Oktan 95, demikian juga Diesel,”ucapnya.
“Sedangkan di Indonesia, pemerintah mensubsidi BBM Pertalite dengan Oktan 90 dan Biodiesel berkualitas rendah untuk angkutan publik dan logistik massal sebesar Rp650 triliun di tahun 2022 yang disediakan untuk kendaraan berjumlah 15,6 juta mobil dan 112 juta motor, dengan aturan batasan kuota,” imbuh Bambang Haryo.
Dengan data tersebut, lanjut Ketua Harian MTI Jawa Timur itu, terlihat perbedaan yang mencolok dari total subsidi padahal jumlah kendaraan mobil di Malaysia dengan Indonesia hampir sama, tetapi kualitas BBM yang disubsidi di Malaysia jauh lebih baik serta tanpa batasan kuota dan mudah untuk mendapatkan BBM subsidi tersebut.
"Dapat dikatakan, total anggaran nilai subsidi yang ada di Indonesia dengan tingkat pelayanan jauh di bawah Malaysia adalah tidak masuk akal, dan sudah sepatutnya pertamina harus diaudit oleh lembaga independen. Banyak rumor di Indonesia murahnya harga BBM subsidi di Malaysia karena Malaysia dikatakan sebagai negara pengekspor minyak. Memang benar, namun Malaysia hanya pengekspor minyak mentah seperti halnya Indonesia,” kata Bambang Haryo.
Namun, yang perlu dicatat, Indonesia jauh lebih besar ekspor minyak mentahnya ke luar negeri.
Sedangkan Malaysia sama dengan Indonesia sebagai negara pengimpor minyak konsumsi dari berbagai negara seperti Australia, Brunei, dan Singapora.
"Di mana mayoritas negara negara tersebut merupakan produsen minyak yang sama untuk impor di Indonesia," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)