Sedangkan Pertamina terus mengalami kerugian meskipun sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah. Padahal, pasar energi di Indonesia dan Malaysia pada dasarnya berbeda, sehingga tujuan pembuat kebijakan dan agen ekonomi mereka – seperti perusahaan energi milik negara – juga akan berbeda.
Dia mengatakan pemerintah akan menerapkan mekanisme subsidi bahan bakar yang lebih tepat sasaran. Diterangkan bahwa grup T20 (kelompok masyarakat ekonomi atas dengan penghasilan lebih dari Rp37 juta per bulan) menikmati subsidi bahan bakar hingga 8 miliar ringgit atau setara Rp26,9 triliun. Sementara kelompok B40 (kelompok ekonomi bawah dengan pendapatan di bawah Rp16 juta) hanya menikmati subsidi bahan bakar sebesar 6 miliar ringgit (Rp20,1 triliun).
Selain itu, harga BBM di Malaysia yang lebih murah, ternyata juga masih mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pada akhir Juli lalu, Menkeu Keuangan Malaysia, Tengku Zafrul Aziz menyayangkan bahwa subsidi umum lebih menguntungkan orang kaya daripada orang miskin.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)