JAKARTA - Harga minyak merosot hingga 2% pada akhir perdagangan Kamis. Pedagang khawatir terhadap prospek permintaan bahan bakar, di tengah dolar AS menguat dan kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral global.
Setelah naik selama tiga hari berturut-turut, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari turun USD1,49 atau 1,8% menjadi USD81,21 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,17 atau 1,5% menjadi USD76,11 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Brent dan WTI di Level USD70/Barel
"Harga minyak mentah melemah karena risiko resesi global meningkat setelah gelombang pengetatan bank-bank sentral lainnya. Reli minyak baru-baru ini (kehabisan tenaga) karena penghindaran risiko menjadi liar," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya, dikutip dari Antara, Jumat (16/12/2022).
Baca Juga: Harga Minyak Beragam Jelang Pertemuan OPEC+
Sebelumnya, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun depan, bahkan ketika ekonomi menurun ke arah resesi.
Tak hanya The Fed, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa juga berencana menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.
Rencana bank sentral dunia pun membuat indeks saham AS turun tajam karena panduan Federal Reserve untuk pengetatan kebijakan yang berlarut-larut memadamkan harapan siklus kenaikan suku bunga akan berakhir dalam waktu dekat.
"Harga minyak berada di bawah tekanan hari ini karena panduan hawkish Fed untuk kebijakan moneternya memicu kekhawatiran baru tentang pertumbuhan ekonomi, mengangkat dolar AS dan menurunkan harga-harga komoditas," kata Analis CMC Markets, Tina Teng.
Selain itu, dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang menggunakan mata uang lain.
(Feby Novalius)