JAKARTA - JP Morgan memproyeksikan kinerja pasar modal Indonesia akan positif sepanjang tahun 2023 ini. Perusahaan jasa keuangan global tersebut memprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 7.500 di akhir 2023.
Perkiraan tersebut ditopang oleh konsumsi domestik dan fundamental yang tetap kuat, khususnya terkait pendapatan perusahaan tetap terjaga stabil.
Selain itu, JP Morgan juga memproyeksikan kinerja positif tersebut bahkan ketika pasar saham lokal telah melihat aliran dana asing keluar sejak awal tahun.
BACA JUGA:IHSG Ditutup Menguat Tipis ke Level 6.844
Di mana, investor memindahkan dana ke Cina setelah negara itu mencabut kebijakan nol Covid-19.
“Kami percaya bahwa aliran dana ekuitas yang keluar baru-baru ini sebagian besar didorong oleh adanya pembukaan kembali perdagangan dari Cina, di mana investor menggunakan Indonesia sebagai sumber pendanaan setelah kinerja pasar saham yang luar biasa tahun lalu,” kata Senior Country Officer J.P. Morgan Indonesia, Gioshia Ralie dalam keterangan resminya, Kamis (2/3/2023).
Di samping itu, konsumsi domestik Indonesia juga diperkirakan tetap kuat dan pendapatan perusahaan juga akan tumbuh tinggi.
Dia meyakini bahwa pasar saham Indonesia akan tetap memiliki outlook positif tahun ini karena investor memutuskan untuk buy on weakness.
Adapun rupiah Indonesia yang menguat dan naik sekitar 3% tahun ini terhadap dolar AS akan turut memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.
Menurutnya, penguatan rupiah tentu dapat menguntungkan pasar, di mana apresiasi rupiah sebesar 1% terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar 1%, dengan asumsi hal lainnya tetap konstan. Penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir yang menggunakan dolar AS, terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku, dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS.
“Kami berharap pasar modal bereaksi positif terhadap penguatan rupiah belakangan ini,” pungkas dia.
Tak hanya itu, kinerja positif pasar modal Indonesia juga akan ditopang oleh pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Apalagi, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia. Untuk itu, JP Morgan menetapkan peringkat overweight (OW) pada produsen material di Indonesia.
JP Morgan juga memberikan peringkat overweight terhadap lembaga keuangan, dilihat dari kerangka tata kelola dan manajemen risiko yang lebih baik di bank-bank BUMN.
Hal ini didukung dengan adanya pertumbuhan kredit sebagai pendorong pendapatan sistem perbankan, dan pergerakan industri ini dalam menuju layanan keuangan dengan menawarkan nilai tambah yang lebih tinggi.
Lebih lanjut, peringkat overweight juga diberikan kepada sektor kebutuhan pokok konsumen dan layanan kesehatan, karena adanya profil pertumbuhan defensif sektor tersebut.
(Zuhirna Wulan Dilla)