Harga Cabai Rawit Merah Meroket, Petani Teriak: Akibat Curah Hujan

Advenia Elisabeth, Jurnalis
Rabu 15 Maret 2023 10:54 WIB
Cabai. (Foto: MPI)
Share :

JAKARTA - Harga cabai rawit merah belum kunjung turun jelang Ramadhan.

Dipantau dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional hari ini, Rabu (15/3/2023) cabai rawit merah tembus Rp72.750 per kilogram (kg), sementara cabai merah keriting Rp48.350 per kg.

 BACA JUGA:

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih mengatakan, harga cabai yang melonjak dan beragam itu lantaran saat ini para petani tengah dihadapi cuaca buruk, seperti curah hujan tinggi. Sehingga hal itu memicu adanya hama dan penyakit pada tumbuhan semakin meningkat.

"Harga cabai, baik cabai rawit maupun cabai merah, memang fluktuatif, sebagian besar didistribusikan dalam bentuk segar, jadi suply sangat tergantung dengan panen petani. Sementara panenan petani dipengaruhi curah hujan," terang Henry kepada MNC Portal Indonesia (MPI) pagi ini.

 BACA JUGA:

Menurutnya, untuk sekarang ini, hitungannya masih tinggi curah hujannya, sehingga panen petani tidak optimal. Namun, setelah curah hujan menurun, harga akan mulai turun, dan biasanya produksi hasil petani lebih bagus.

Selain curah hujan, tambah Henry, harga cabai yang tinggi baru-baru ini karena imbas dari erupsi gunung merapi yang terjadi di daerah Magelang, Temanggung dan sebagian Wonosobo, Jawa Tengah. Hujan abu dari gunung tersebut membuat tanaman cabai petani menurun kualitasnya.

 

"Memang terdampak abu erupsi merapi. Selain yang sudah panen ini yang terdampak, dan ada penurunan produksi. Tanaman-tanaman yang belum mulai produksi juga terdampak," jelasnya.

Guna menstabilkan harga di pasaran, kata Henry, pemerintah bisa melakukan beberapa hal.

Pertama, memfasilitasi petani agar rantai distribusi bisa lebih pendek.

Kedua, melakukan pengembangan teknologi pengolahan sederhana dan pengawetan cabe dengan teknis pelapisan menggunakan bahan yang foodgrade, serta gudang pendingin.

Keempat, pemerintah bisa mengembangkan produksi secara agroekologi, untuk mengurangi resiko gagal panen yang relatif tinggi di budidaya cabe monokultur.

"Harapannya bisa terbangun sentra-semtra produksi yang baru, tapi dikembangkan dengan agroekologi, bukan monokultur," tandas Henry.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya