Bendahara Negara menambahkan, China berencana memformulasikan kebijakan baru untuk mendongkrak kembali perekonomiannya, terutama yang berkenaan dengan sektor properti.
Dia berharap kebijakan baru tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi China, dunia, serta Indonesia. Sebab, perekonomian China yang tertahan membuat permintaan komoditas ke Indonesia turut melemah, sehingga kinerja ekspor dan impor mulai menunjukkan kecenderungan yang terkoreksi.
Sementara itu, di Indonesia beberapa indikator aktivitas perekonomian masih ekspansif. Hal itu tercermin pada optimisme masyarakat yang menguat serta peningkatan Mandiri Spending Index.
Namun, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur menunjukkan kinerja yang perlu diwaspadai. Data terbaru menunjukkan PMI berada di level 50,3 pada Mei 2023, lebih rendah dari indeks April 2023 yang tercatat sebesar 52,7.
“Ini melemah dibanding bulan lalu. Namun, kita masih ekspansif. Kalau kita lihat negara-negara lain masih kontraktif, bahkan Vietnam yang selama ini dalam posisi kuat juga sedang dalam posisi kontraktif untuk PMI-nya,” jelas Sri Mulyani.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)