JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menembus level 6.800 hingga 6.900 pada semester II-2023. Hal ini ditopang melandainya tingkat inflasi di Amerika Serikat dan Eropa.
Analis Kanaka Hita Solvera Andika Cipta Labora mengatakan, melandainya tingkat inflasi mempengaruhi keputusan Bank Sentral AS atau The Fed untuk menurunkan suku bunga di semester dua ini.
“Suku bunga menjadi hal yang sensitif karena masih menjadi sentimen utama pergerakan pasar. Kalau The Fed mulai menurunkan suku bunga akan berpengaruh positif terhadap pergerakan indeks global termasuk IHSG,” kata Andika dalam Market Buzz IDX Channel, Senin (3/7/2023).
Andika menjelaskan bahwa IHSG saat ini masih bergerak di level 6.600, namun sudah berhasil rebound di bulan Mei sampai Juni. Di mana pada bulan Juni, indeks sempat menyentuh level 6.744.
“Penurunan IHSG saat ini sudah terbatas, selama IHSG tidak turun ke bawah level 6.562, seharusnya IHSG berpeluang mengalami penguatan ke level 6.800-6.900,” imbuh Andika.
Sebagai informasi, IHSG dibuka dibuka menguat pada awal perdagangan pekan ini. IHSG naik 0,06% ke level 6.665,92 pada pembukaan perdagangan Senin (3/7/2023).
Adapun, sebanyak 199 saham menguat, 104 melemah, dan 283 lainnya stagnan. Sementara itu, nilai transaksi perdagangan di pembukaan sesi pertama hari ini mencapai Rp889,89 miliar.
Seiring peluang kenaikan IHSG, Andika merekomendasikan sejumlah saham untuk dicermati para investor yaitu, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) di rentang harga Rp2.850-Rp3.030, PT Ulima Nitra Tbk di rentang harga Rp145-Rp182, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) di rentang harga Rp1.255-Rp1.500, dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) di rentang harga Rp550-Rp650.
(Feby Novalius)