Kebijakan larangan ekspor tentu mendapat tentangan. IMF sampai memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil di tengah ekonomi negara lain yang tidak stabil dan menyampaikan pesan supaya kebijakan larangan ekspor nikel dapat dipertimbangkan kembali.
"Yang terjadi juga UNI Eropa bawa kita ke WTO agar tidak dilanjutkan larangan ekspor nikel, saya tanya presiden, katanya, mas Bahlil kita sudah berdaulat, maju terus, kita lawan," sambung Bahlil.
Lain sisi, kebijakan hilirisasi nikel telah terbukti mendatangkan nilai tambah yang cukup besar. Bahkan secara nilai ekspor nikel mentah hanya berkonstribusi kurang lebih Rp45 triliun ke negara, sedangkan lewat kebijakan hilirisasi ini, menurutnya mampu menyumbang pada kas negara hingga Rp450 triliun.
Dampak penting lainya yakni menurut Bahlil terbukanya lapangan kerja baru. Hal tersebut tentu berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat yang akhirnya mendapatkan pekerjaan baru dari adanya industri hilir yang dibangun.
Menurut Bahlil, Indonesia yang masih berstatus sebagai negara berkembang, kedepanya membutuhkan pemimpin yang mampu mengambil kebijakan dan berdampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat.
Baca Selengkapnya: Kebijakan Hilirisasi Ditentang IMF hingga Uni Eropa, Bahlil: Maju Terus dan Kita Lawan!
(Taufik Fajar)