JAKARTA – Ketahanan pangan Thailand terancam lantaran cuaca diprediksi menjadi yang terpanas dalam 5 tahun ke depan. Hal itu dikatakan merupakan akibat dari fenomena cuaca El Nino.
Thailand sudah merasakan cuaca yang panas itu sejak awal tahun ini. Pada April lalu contohnya, geografi mereka mencatat rekor indeks panas mencapai 53,9 derajat Celcius, dengan rata-rata per bulan 45,5 derajat Celcius.
Cuaca panas ini ditandai dengan turunnya curah hujan di Thailand hingga 25% secara nasional y-t-d (hingga Juli). Hal tersebut juga disinyalir dapat mengancam perekonomian hingga memicu kemiskinan.
Pakar cuaca dari Bangkok, Chaowat Siwapornchai, juga berkata bahwa bagian tengah Thailand mengalami curah hujan yang lebih sedikit beberapa bulan terakhir. Sementara April menjadi yang terpanas bagi Thailand meskipun World Meteorological Organization (WMO) mengatakan Juli tercatat bulan terpanas dalam sejarah.
“Curah hujan lebih sedikit di bagian tengah Thailand selama beberapa bulan terakhir. Sementara itu Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) mengatakan Juli adalah bulan paling panas dalam sejarah. Tetapi bulan paling panas dalam setahun bagi Thailand adalah April,” kata Chaowat, seperti dikutip dari VOA, Sabtu (26/8/2023).
Suhu yang tinggi juga memaksa rumah-rumah di Thailand menggunakan lebih banyak listrik. Misalnya untuk keperluan tambahan seperti pendingin ruangan (AC), yang lantas menyebabkan konsumsi listrik membubung hingga ke level tertinggi pada April dan Mei.