Penurunan manufaktur di zona euro mereda bulan lalu, menunjukkan bahwa kondisi terburuk mungkin sudah berakhir bagi pabrik-pabrik yang kesulitan di blok tersebut, sementara pemulihan tak terduga di China memberikan harapan bagi negara-negara yang bergantung pada ekspor, menurut survei swasta.
Baik OPEC maupun Badan Energi Internasional bergantung pada importir minyak terbesar di dunia, China, untuk menopang permintaan minyak selama sisa tahun 2023, namun lambatnya pemulihan perekonomian negara tersebut membuat para investor khawatir.
Sisa tahun ini diperkirakan akan menyebabkan kekurangan pasokan, sebagian karena konsumsi global yang cukup sehat dan sebagian lagi karena tekad Saudi untuk memberikan harga dasar yang tinggi, kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
“Kecuali perekonomian China menunjukkan kebangkitan yang percaya diri pada tahun depan, suasana akan sangat buruk,” katanya.
(Feby Novalius)