JAKARTA - Uang merupakan salah satu medium yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, uang juga bisa menjadi medium yang membawa pesan dan makna mendalam.
Pada tahun 1952, Bank Indonesia pertama kali menghadirkan uang kertas dengan gambar pahlawan-pahlawan besar dalam Seri Kebudayaan.
Siapa sosok pahlawan yang diabadikan dalam uang pertama Bank Indonesia itu? berdasarkan catatan Okezone Jumat (3/11/2023) mereka adalah Kartini dan Diponegoro, dua tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
1. Kartini
Raden Ajeng (RA) Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, adalah seorang tokoh yang diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Hari kelahirannya setiap tahun dirayakan sebagai peringatan penting.
Kartini terkenal sebagai pelopor gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Di zamannya, ia muncul dengan semangat kebebasan, kesetaraan, modernisasi, dan anti-feodalisme. Meskipun Kartini tidak pernah terlibat dalam pertempuran fisik melawan penjajah seperti beberapa pahlawan lainnya, ia membuka jalan bagi pemikiran baru.
Pikiran-pikirannya yang dituangkan dalam surat-suratnya menjadi dasar bagi gerakan pembebasan wanita. Salah satu karya penting Kartini adalah buku berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang," yang menjadi bacaan wajib bagi para aktivis pergerakan saat itu.
Wajah Kartini pertama kali muncul di uang pertama Bank Indonesia pada tahun 1953. Saat itu, Bank Indonesia sedang mempersiapkan diri setelah menasionalisasi De Javasche Bank pada tahun 1951. Meskipun undang-undang Bank Indonesia baru disahkan pada tahun 1953, uang kertas emisi tahun 1952 baru mulai beredar pada tanggal 2 Juli 1953. Uang tersebut menampilkan gambar Kartini dengan hiasan motif khas yang mengelilingi gambar utama.
Menurut laman resmi Bank Indonesia, uang kertas Kartini tersebut digunakan selama sekitar sembilan tahun sebelum ditarik dari peredaran pada tahun 1961. Namun, gambar Kartini kembali muncul dalam uang kertas nominal Rp 10.000 pada tahun emisi 1985.
2. Diponegoro
Pangeran Diponegoro, yang lahir dengan nama Raden Mas Mustahar, adalah seorang Pahlawan Nasional yang tidak kenal takut. Ia dikenal sebagai pemimpin perang terbesar melawan Belanda di tanah Jawa yang dikenal dengan sebutan Perang Jawa, berlangsung antara tahun 1825 hingga 1830. Perang ini mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan masyarakat, dari priyayi hingga rakyat biasa.
Diponegoro dianggap sebagai musuh utama kolonial Belanda yang sulit dikalahkan sepanjang abad ke-19. Meskipun perang Diponegoro berakhir dengan kematiannya pada tahun 1855, semangat perjuangan yang ia wakili terus hidup dalam gerakan perlawanan selanjutnya. Kisah patriotisme Pangeran Diponegoro menjadi sumber inspirasi bagi pemuda-pemuda pribumi dalam perjuangan mereka.
Gambar Pangeran Diponegoro pertama kali muncul di uang pertama Bank Indonesia pada uang kertas nominal Rp 100 dalam Seri Kebudayaan tahun 1952. Bagian depan uang tersebut menampilkan gambar Diponegoro serta ukiran burung Garuda, hewan mitologi Hindu yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Di bagian belakang, terdapat corak burung Garuda yang saling berhadapan.
Selain uang kertas, Pangeran Diponegoro juga diabadikan dalam bentuk koin dengan nominal 50 sen pada tahun 1952. Koin 50 sen ini kembali dikeluarkan pada tahun 1954, 1955, dan 1957. Bank Indonesia juga menerbitkan uang kertas emisi Diponegoro dengan nominal Rp 1.000 pada tahun 1975.
Pada uang pertama Bank Indonesia tahun 1952, hadirnya gambar Kartini dan Diponegoro bukan sekadar hiasan, melainkan juga sebagai pengingat akan pentingnya semangat kebangsaan dan persatuan. Lewat gambar pahlawan, terdapat pesan moral dan keteladanan yang menguatkan kesatuan bangsa.
Sebagaimana dikatakan oleh Soekarno "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya," Hari Pahlawan, yang diperingati setiap tahun pada 10 November, mengingatkan kita bahwa bangsa ini lahir dan bertahan berkat pengorbanan ribuan atau bahkan jutaan pahlawan yang tak bisa kita sebutkan satu per satu.
Jasa-jasa mereka selalu membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme di kalangan generasi berikutnya. Nama-nama pahlawan itu tidak hanya menghiasi lembaran sejarah, tetapi juga lembaran uang rupiah yang kita gunakan setiap hari.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)