UMP 2024 Naik, Pengusaha Tekstil Pasrah Industri Masih Lesu

Iqbal Dwi Purnama, Jurnalis
Rabu 22 November 2023 12:57 WIB
UMP 2024 naik bikin pengusaha tekstil pasrah. (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta menyatakan saat ini kondisi industri tekstil belum mengalami pertumbuhan yang positif.

Bahkan selama setahun, industri tekstil dan pakaian jadi berdasarkan data dari BPS mengalami pertumbuhan yang negatif.

Berdasarkan data BPS, industri tekstil pada kuartal 2 tahun 2022 tumbuh diangka 13,74%, kuartal 3 tumbuh 8,09%, dan kuartal 4 hanya tumbuh 3,61%. Bahkan pada tahun 2023 ini, pada kuartal 1 pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi -1,7% dan di kuartal 2 juga tumbuh negatif di angka -2,7%.

Redma menilai keniakan UMP tahun 2024 yang sudah diumumkan oleh Pemerintah ini akan menjadi beban baru bagi pelaku usaha terutama di industri tekstil dan pakaian jadi.

"UMK boleh tetep naik yaa, tidak kita akan fight, tapi kita terserah pemerintah saja, mau naik berapa ya kita ikut, tapi satu hal, kalau kita mampu ya kita ikut tapi kalau kita tidak mampu kita tidak ikut. Kalau kita tidak ikut, pemerintah mau kasih punisment, sudah pada pasrah ini industri," ujar Redma dalam Market Review IDXChannel, Rabu (22/11/2023).

Menurut Redma keniakan upah minimun ini memang menjadi salah satu instrumen untuk menjaga daya beli buruh itu sendiri. Namun disatu sisi kondisi industri terutama tekstil dan pakaian jadi saat ini menurutnya belum mengalami pemulihan.

Salah satu yang masih menjadi tantangan bagi pelaku industri tekstil dan pakaian jadi adalah maraknya importasi pakaian yang saat ini masih sulit dibendung pemerintah. Sehingga para pelaku industri saat ini masih susah mendapatkan pasar di dalam negeri karena ada barang impor, dan sulit melakukan ekspor karena permintaan pasar melemah.

Redma mengaku kondisi pelemahan industri di sektor tekstil dan pakaian jadi ini juga sudah banyak dipahami oleh para pekerja. Bahkan menurutnya beberapa pekerja sebetulnya hanya butuh dipekerjakan, ketimbang harus mendapatkan upah yang naik, kemudian industrinya tidak bertahan lama.

"Kami memahami kalau keniakannya UMP ini untuk meningkatkan daya beli, tapi disatu sisi juga kemampuan kami untuk membayar teman teman Karyawan sudah sangat paham, kalau tidak naik pun jaminan bekerja tidak ada jaminan," kata Redma.

"Sepertinya mereka lebih berharao bekerja dan dijamin teyao bekerja daripada kenaikan UMK besok pabriknya tutup, di sektor tekstil ini biasanya sudah sama sama mengerti," pungkasnya.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya