JAKARTA - Kereta cepat dalam sejarah, pertama kali dikembangkan oleh Jepang. Transportasi berbasis rel tersebut dibangun pada 1964.
Pengembangan kereta cepat tersebut menyesuaikan kontur dan iklim di wilayah Jepang. Adapun nama kereta cepat Jepang adalah Shinkansen atau bullet train (kereta peluru).
Kereta Cepat Shinkansen memiliki kecepatan operasional 210 km per jam dengan rute Tokyo ke Osaka. Peluncuran kereta cepat ini bersamaan dengan Olimpiade Tokyo.
Dikutip dari laman Instagram @keretacepat_id, Senin (11/12/2023), pada 1981, Prancis juga memulai layanan TGV (Train a Grande Vitesse), sebagai kereta cepat pertama di Eropa dengan kecepatan operasional di 260 km per jam.
Awalnya pada 1960-an, kereta cepat digagas menggunakan energi turbin gas yang berbahan bakar diesel. Pada 2007, TGV mencetak rekor kecepatan dunia untuk kereta api komersial dengan mencapai kecepatan 574,8 km per jam.
Di 1991, Jerman juga memiliki kereta cepat bernama ICE (Inter City Express) dengan kecepatan operasional 280 km per jam yang menghubungkan kota-kota besar di Eropa tengah, meliputi negara jerman dengan Austria, Belgia, Swiss, Belanda dan Prancis.
Setahun berikutnya, Spanyol meluncur kereta cepat AVE (Alta Velocidad Espanola) yang memiliki arti “Kecepatan Tinggi Spanyol”, tetapi singkatannya juga merupakan plesetan dari kata ave, yang berarti burung.
Tahun 1977, Italia pertama kali memperkenalkan kereta cepat pertamanya, yakni Direttissima yang menghubungkan Roma dengan Florence. Kecepatan operasional tertingginya di 250 km per jam. Kemudian di 1988 - 1989 ETR 450 Pendolino dengan jalur Roma-Milan dijuluki “Remo” sebagai saudara raja Romawi pertama, mencapai rekor kecepatan 319 km per jam.
Pada tahun 2004, Korea Selatan meluncurkan sistem kereta api cepat KTX (Korea Train Express) yang menghubungkan kota-kota utama Korea Selatan dengan kecepatan operasional 300 km per jam dalam kondisi ideal. Dikabarkan kereta ini menjadi pilihan mobilitas para idol untuk perjalanan antar kota.