Sektor Migas Sumbang Rp227 Triliun ke Negara pada 2023

Atikah Umiyani, Jurnalis
Jum'at 12 Januari 2024 18:27 WIB
SKK Migas Ungkap Realisasi Penerimaan Negara dari Sektor Migas. (Foto: okezone.com/SKK Migas)
Share :

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi penerimaan negara dari sektor migas mencapai USD14,59 miliar atau sekitar Rp227 triliun (kurs Rp15.558 per USD).

Capaian itu lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang ditetapkan USD15,88 MIliar. Begitupula jika dibandingkan realisasi 2022 yang mencapai USD17,4 Miliar.

"Penerimaan negara bisa dijelaskan lebih lanjut, kita mencapai USD14,59 miliar, masalah harga jual," jelas Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat Jumpa Pers SKK Migas Capaian Kinerja Tahun 2023 di Kantornya, Jakarta, Kamis (12/1/2024).

Dwi mengatakan, pihaknya terus melakukan optimalisasi dengan beberapa terobosan-terobosan dan mengupayakan komersialisasi agar bisa mendapatkan harga tertinggi untuk menggenjot penerimaan negara sektor migas ini.

"Dan untuk produksi kita upayakan bagaimana agar mana lapangan yang punya produksi minyak yang atau rich gas kita dahulukan dan sebagainya," tuturnya.

Lebih lanjut Dwi menuturkan bahwa untuk cost recovery sejauh ini masih terkendali. Ia bilang, cost recovery ini tidak hanya meliputi biaya untuk produksi saja, namun juga ada investment credit.

"Jadi kalau liat dari bawah itu ada yg Unrecovered Costs itu adalah biaya-biaya yang belum bisa dikembalikan di tahun-tahun sebelumnya. Jadi kaya ada utang disitu harus kita selesaikan utang. Kemudian ada biaya-biaya Investment Credit itu adalah pada saat kita bikin POD itu ada disetujui ada Investment Creditnya," paparnya kemudian.

Ia menambahkan, pihaknya kini tengah serius mencoba mengendalikan biaya produksi dan biaya administrasi. Sementara untuk biaya eksplorasi dan pengembangan menurutnya, semakin besar angkanya maka itu yang diharapkan pihaknya.

"Kemudian yang hijau exploration dan development jadi ini sebenarnya kalau besar, yang kita harapkan besar exploration dan development ini. Jadi kalau angkanya besar kita justru memang mengharapkan itu. Nah yang kita coba kendalikan dengan serius adalah di cost of production di warna ungu kemudian administrasi juga demikian kita kendalikan," sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Dwi juga mengakui bahwa tidak optimalnya salur gas lantaran disebabkan oleh beberapa faktor.

Seperti diberitakan sebelumnya, salur gas pada 2023 tercatat 5.378 Million Standard Cubic Feet per Day (mmscfd) atau Juta standar kaki kubik per hari atau lebih rendah jika dibandingkan target APBN 2023 yang sebesar 6.160 maka realisasi salur gas ini lebih rendah. Begitupula jika dibandingkan WP&B yang ditargetkan 5.569 mmscfd.

"Tidak optimalnya di dalam salur gas karena Jawa Timur kelebihan sedangkan pipa dari Semarang ke Cirebon masih belum tersambung. Kalau itu tersambung maka tentu saja kira-kira 100 juta kubik per hari dari Jawa Timur bisa mengalir ke Jawa Barat," pungkasnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya