JAKARTA – Mengenal teknik urban farming yang digadang-gadang sebagai solusi ketahanan pangan di kota padat penduduk. Urban Farming atau pertanian perkotaan merupakan cara bertani dengan mengoptimalkan ruang atau lahan yang sudah tidak terpakai di sekitar perkotaan.
Melansir Instagram Kementerian Pertanian, Minggu (21/4/2024), teknik urban farming cocok bagi masyarakat yang memiliki ruang atau lahan yang terbatas. Pemanfaatan ruang atau lahan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pangan saja, namun juga dalam segi sosial dan ekologi.
Pemanfaatan dalam segi sosial bisa dilihat dalam bentuk solusi penghematan keuangan rumah tangga. Sebab urban farming berpengaruh dalam peningkatan pendapatan, menurunkan risiko konflik sosial dan mengurangi tingkat pengangguran.
Dalam segi ekologi dapat dirasakan bahwa urban farming dalam pemanfaatan ruang dan lahan dapat membantu mengurangi risiko pemanasan global, memperbaiki kualitas udara, memberikan kesan estetika, menghijaukan lingkungan yang tercemar dan meningkatkan kesadaran praktik pertanian secara berkelanjutan.
Pemanfaatan ruang atau lahan untuk urban farming dapat dilakukan di sekitar
• Pekarangan
• Atap
• Dinding Rumah
Peningkatan urban farming yang dilakukan secara berkelanjutan dan terstruktur juga memberikan dampak pada nilai edukasi, wisata dan kesehatan. Dengan adanya pemanfaatan urban farming di sekitar perkotaan diharapkan dapat mengurangi pencemaran udara dan RTH (Ruang Terbuka Hijau) semakin bertambah. RTH (Ruang Terbuka Hijau) sendiri dapat dimanfaatkan menjadi sumber daya tarik edukasi dan wisata serta sebagai paru-paru dari sebuah wilayah perkotaan.
Selain itu, urban farming dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan menanam berbagai jenis tanaman sayuran hingga rempah-rempah seperti :
• Pakcoy
• Kangkung
• Tomat
• Cabai
• Bayam
• Daun Bawang
• Serai
• Jahe
Dengan berbagai pemanfaatan dan keuntungan yang diperoleh dari urban farming terdapat berbagai metode urban farming yang dapat diupayakan sebagai berikut:
1. Hidroponik
Hidroponik merupakan metode yang memanfaatkan air sebagai media tanam pengganti tanah. Metode ini dapat menjadi solusi bagi petani yang memiliki keterbatasan kualitas tanah yang minim.
2. Aquaponik
Aquaponik merupakan metode yang mengkombinasikan teknik hidroponik (budidaya tanaman/sayuran tanpa tanah) dan akuakultur (budidaya perikanan). Metode ini mengangkat sistem ekologi pada lingkungan, dimana terdapat hubungan simbiosis mutualisme antara tanaman dan perikanan.
3. Vertikultur
Vertikultur merupakan gabungan 2 definisi dari Bahasa Inggris yaitu vertikal dan culture. Vertikultur merupakan teknik budidaya tanaman secara vertikal dengan penanaman yang dilakukan secara bertingkat untuk memaksimalkan penggunaan lahan. Metode pemanfaatan yang satu ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang kesulitan mencari lahan pertanian yang tergusur oleh industri dan perumahan.
4. Wall Gardening
Metode Wall Gardening hampir serupa dengan teknik vertikultur, hanya saja metode Wall Gardening menggunakan dinding sebagai media tanam. Metode ini sangat mudah untuk dipraktekkan, karena bisa dilakukan di dinding halaman rumah yang terkena sinar matahari.
Selain itu, pemanfaatan urban farming kini tidak hanya dapat diterapkan di sekitar pesisir perkotaan, namun dapat diterapkan di sekitar pedesaan yang lahan pertaniannya semakin tergerus.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)