Tutup Pabrik, Sepatu Bata Gagal Kuasai Pasar Milenial dan Gen Z

Nekha Fatimah Nursadiyah, Jurnalis
Jum'at 10 Mei 2024 08:57 WIB
Sepatu Bata Gagal Kuasai Pasar Milenial dan Gen Z. (Foto; okezone.com)
Share :

JAKARTA - Tutupnya pabrik sepatu Bata disebabkan dua hal. Pertama soal pembatasan impor bahan baku dan kedua, kurangnya inovasi.

Pengamat Ekonomi Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan, apa yang dialami Bata tak terlepas dari kebijakan pemerintah tentang pembatasan impor bahan baku yang disebutnya merugikan perusahaan alas kaki. Kehadiran bahan baku impor sangat penting bagi industri mereka.

"Jika pemerintah tidak merevisi peraturan itu hingga paling tidak pertengahan tahun. Diprediksi kinerja industri akan melambat hingga 4%," ujarnya dikutip dari BBC Indonesia, Jumat (10/5/2024).

Namun demikian hal tersebut dibantah Kementerian Perindustrian. Menurut Juru bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, tidak ada hubungan penutupan pabrik PT Sepatu Bata dengan kenaikan tarif impor.

"Kenaikan tarif impor lebih disebabkan karena penguatan Dollar AS dan bukan karena pemberlakuan lartas (larangan dan pembatasan) bahan baku impor," kata.

Di sisi lain, Pengamat Bisnis & Pemasaran Managing Partner Inventure, Yuswohady menilai, menurunnya penjualan sepatu Bata merupakan dampak dari penuaan merek.

“Proses penuaan itu sebenarnya sudah terjadi sejak lama, sejak 90-an itu sudah terjadi. Dan dia menarik, jarang ada merek yang bisa seperti Bata, karena brand global melokal itu tidak banyak,” ungkap Yuswohady.

Meskipun diakuinya Bata sempat mengalami “masa kejayaan” pada era 70-an hingga 80-an, kini masa itu sudah berlalu. Akibatnya, Yuswohady menyebut ceruk pasar dari merek tersebut adalah mereka yang masih mengingat masa kejayaan itu, yakni Gen X dan Boomer.

Sementara, Gen X dan Boomer sudah mulai memasuki masa pensiun, sehingga daya beli mereka berkurang. Oleh karena itu, merek-merek harus bisa menggaet generasi-generasi dengan daya beli yang semakin meningkat, khususnya Milennial dan Gen Z.

“Pendapatan yang besar, adanya itu di Milennial. Ketika Milennial itu menguasai pasar, tetapi Bata tidak mampu melakukan regenerasi konsumen. Makanya dia penjualannya (menurun),” kata Yuswohady.

Selain itu, milennial juga kurang tertarik dengan Bata karena citranya sebagai merek jadul atau ketinggalan zaman. Sementara, mereka lebih menyukai merek-merek lokal yang diproduksi oleh anak-anak muda sehingga memiliki desain dan gaya pemasaran yang kekinian.

“Semua yang merancang (merek-merek lokal baru) adalah orang-orang milennial. Sehingga dia otomatis gaya sepatunya semua adalah gaya anak muda. Jadi setiap merek ada zamanya,” ujarnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya