JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 atau selama 4 tahun.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini mengatakan, akumulasi surplus neraca perdagangan selama 48 bulan hingga April 2024 adalah mencapai USD157,21 miliar.
"Jika dipilah menurut komponen migas dan nonmigas selama 48 bulan terakhir, maka komponen migas mengalami defisit USD66,93 miliar sementara komponen nonmigas surplus sebesar USD224,15 miliar," ujar Fudji dalam konferensi pers hari ini, Rabu (15/5/2024).
Fudji menyebutkan, 3 negara penyumbang utama surplus neraca perdagangan barang indonesia selama 48 bulan terakhir secara kumulatif adalah Amerika Serikat sebesar USD54,24 miliar, kemudian India sebesar USD48,74 miliar dan Filipina USD34,81 miliar.
"Sementara itu, 3 negara penyumbang utama defisit neraca perdagangan Indonesia sepanjang periode yang sama adalah Brasil dengan defisit USD9,64 miliar, kemudian Singapura USD18,91 miliar dan Australia dengan defisit USD21,35 miliar," papar Fudji.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BPS mencatat, pada April 2024 neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar USD3,56 miliar atau turun USD1,02 miliar secara bulanan.
Kendati demikian, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini mengatakan surplus April 2024 ini masih lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu.
"Surplus neraca perdagangan April 2024 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar USD5,17 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utamanya bahan bakar mineral, kemudian lemak dan minyak hewan atau nabati, serta besi dan baja," jelas Fudji
Fudji bilang, surplus neraca perdagangan nonmigas April 2024 ini juga masih lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan juga bulan yang sama tahun lalu.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)