Inarno menjelaskan pergerakan IHSG dipengaruhi oleh faktor fundamental dan sentimen baik dari global maupun domestik.
Dari sisi fundamental emiten, berdasarkan rilis data keuangan kuartal I 2024, lebih dari 50 persen emiten kinerjanya menurun dan data agregat profit tercatat turun 10,6 persen year on year (yoy) dibandingkan dengan kuartal I 2023.
Ia menjelaskan bahwa beberapa hari yang lalu Gubernur BI Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal bahwa kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian yang berpotensi mempengaruhi tekanan terhadap ekonomi dalam negeri.
Selain itu, lanjutnya, Indonesia juga akan menghadapi tantangan imbas dari pelemahan ekonomi negara maju, harga komoditas yang mempengaruhi inflasi, berlanjutnya era suku bunga tinggi, serta volatilitas nilai tukar dan risiko konflik geopolitik.
"Adapun faktor suku bunga tinggi, baik di global maupun domestik, hal tersebut tentunya akan mempengaruhi akselerasi kinerja emiten di bursa," ujar Inarno.
Pada akhir perdagangan Kamis (13/6/2024), IHSG berada pada posisi 6.831,56, dengan indeks LQ45 berada di posisi 858,62, yang mana secara year to date (ytd) IHSG mengalami pelemahan sebesar 6,07 persen.
(Taufik Fajar)