JAKARTA – Pemerataan jaringan internet di seluruh pelosok dan desa-desa di Indonesia digalakkan dalam satu dekade pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), guna memberikan manfaat ekonomi secara berkeadilan terutama masyarakat pedesaan. Akses ketersediaan internet ini sudah merata di hampir seluruh pedesaan dan daerah di pelosok Indonesia.
Akses internet saat ini menjadi kebutuhan masyarakat terutama semenjak pandemi Covid-19, yang sempat memaksa seluruh masyarakat banyak menghabiskan waktu di dalam rumah saja.
Ketersediaan internet juga memudahkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menggalang pelanggan, beserta menciptakan transaksi yang dilakukan tanpa tatap muka.
Seperti yang dilakukan oleh UMKM produk susu sapi olahan dan es krim, Sweet Sundae, asal Daerah Istimewa Yogyakarta. Sweet Sundae kini menjadi salah satu binaan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) yang disebut UMKM yang berhasil membina ekonomi masyarakat sekitar desa Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
“Desa-desa kami di Yogyakarta sudah mendapatkan akses internet, setiap desa di sini sudah mendapatkan dana desa tiga miliar rupiah, gabungan dana desa, desa wisata ditambah dana keistimewaan seluruh Yogyakarta. Jadi semuanya di sini sudah memiliki akses internet,” tutur Owner sekaligus CEO Sweet Sundae Andromeda Sindoro saat dihubungi MPI.
Pria yang akrab disapa Andro tersebut mengatakan, akses internet digunakan oleh pihaknya untuk bertahan dan berkembang, bahkan di masa krisis ekonomi Pandemi Covid-19. Andro menjelaskan, bisnis UMKM-nya yang sudah berkembang sejak 2008, berbasis bussiness to bussiness, ditransformasikan menjadi langsung menjual ke konsumen, membutuhkan internet secara masif.
"Jadi sedari masa pandemi, kami bertransformasi menjadi Business to consumer, seperti awal pendirian usaha. Saat itu, semua marketing kami mendaftarkan merek dagang dan akun usaha di seluruh market place yang ada di Indonesia,” katanya.
Upaya digitalisasi pemasaran produk Sweet Sundae berupa es krim, susu, mentega, krim hingga yoghurt, mendapatkan permintaan yang cukup besar. Andro menjelaskan, ketika pemesanan melalui market place ditambah laman resmi UMKM-nya mulai dikenal luas, dirinya pun mengalami kendala berbeda lagi.
“Permasalahan kita setelah pesanan mulai banjir konsumen, biaya ongkos kirim ini mulai menjadi permasalahan. Pengiriman melalui jasa mitra ojek online cukup membebani biaya dari modal usaha, tapi beruntungnya Pemprov DIY bersedia membuat suatu platform khusus,” tutur Andro.
Platform market place khusus pelaku UMKM di DIY itu disebut SiBakul Jogja, selain mengintegrasikan data dan informasi antara pelaku bisnis dengan pemerintah provinsi, SiBakul Jogja juga memberikan insentif bebas biaya ongkir. Melalui sambungan internet yang sudah membumi di tanah Yogyakarta, SiBakul Jogja itu dapat berperan sebagai super app yang menyuburkan ekosistem pertumbuhan ekonomi UMKM di Yogyakarta.
“Semua UMKM diberikan insentif biaya ongkir, terlebih lagi semuanya juga diberikan pelatihan baik secara luring maupun daring secara tepat guna. UMKM mendapatkan dukungan pemprov, sementara pemprovnya mendapatkan pendataan informasi geliat UMKM di seluruh pelosok pedesaan,” Andro menjelaskan.