JAKARTA - Perdagangan saham 2024 tinggal menyisakan dua hari. Bursa akan dibuka pada Senin, lalu tutup pada Selasa 31 Desember 2024. Sementara perdagangan obligasi dan sukuk (EBUS) masih berlangsung.
1. IHSG Bisa Tembus Level 7.000
Riset menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bergerak dalam rentang terbatas di perdagangan terakhir 2024. Analisa teknikal dari Phintraco Sekuritas membaca IHSG tertahan di level support dinamis Moving Average 5 (MA5) pada level 7.031.
Indikator MACD juga menunjukkan pola pergerakan sideways, mengindikasikan bahwa momentum pasar masih terbatas. Kondisi ini memperkuat perkiraan bahwa IHSG tidak akan mengalami lonjakan signifikan dalam waktu dekat.
Phintraco meyakini indeks komposit mampu bertahan di kisaran 7.000 hingga 7.100, dengan level pivot di 7.050, resistance di 7.100, dan support di 7.000.
2. Ada Dinamika Pasar di Penghujung 2024
Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang cenderung flat menjelang libur Tahun Baru. Aktivitas yang terbatas, membuat pelaku pasar memilih untuk menunggu hingga pergantian tahun selesai sebelum kembali aktif bertransaksi.
“Kami memperkirakan pasar akan bergerak cenderung flat dalam waktu dekat, mengingat jadwal perdagangan yang singkat serta momen perayaan Tahun Baru yang akan berlangsung pada pekan depan,” tulis Phintraco dalam risetnya akhir pekan ini, dikutip Minggu (29/12/2024).
3. Pasar Nantikan Data Inflasi
Mengawali lembar baru 2025, pasar menantikan rilis data inflasi bulan Desember. Inflasi tahunan diperkirakan menurun ke level 1,40% dari sebelumnya 1,55%. Namun, inflasi inti justru diperkirakan meningkat ke 2,60% dari 2,26%.
4. Awasi Sentimen Global
Dari sisi global, pasar akan mencermati rilis data aktivitas manufaktur Amerika Serikat (AS) bulan Desember.
Data dari S&P dan ISM menunjukkan sektor manufaktur AS masih berada di zona kontraksi, dengan indeks di bawah 50. Hal ini menandakan adanya tekanan yang berkelanjutan pada aktivitas industri di tengah tantangan ekonomi global.
Sementara itu, data NBS Manufacturing PMI China diperkirakan tetap berada di zona ekspansi dengan indeks di atas 50.
Pertumbuhan aktivitas manufaktur di China ini dinilai berpeluang menjadi sinyal positif bagi stabilitas ekonomi regional, yang diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar saham Asia, termasuk Indonesia.
(Feby Novalius)