“Ternyata kalau kita pikirkan likuiditas, penopang utama pada tanggal 8 April 2025 ketika hari pertama perdagangan setelah Idul Fitri itu adalah investor ritel domestik,” ujar Iman.
Setelah itu, lanjutnya, saat IHSG menguat hampir 5 persen pada perdagangan Kamis (10/04), investor ritel domestik melakukan aksi profit taking (ambil untung) dengan melakukan penjualan bersih (net sale).
“Yang menarik adalah karena harganya naik hampir 5 persen di tanggal 10 April 2025, yang terjadi adalah ritel take profit, jadi mereka net sale. Nah yang menarik adalah justru investor domestik institusi mulai mengambil alih peran,” ujar Iman
Sehingga, menurutnya, fenomena itu membuktikan bahwa investor domestik memiliki kepercayaan untuk melakukan pembelian terhadap saham-saham yang ada di pasar modal Indonesia.
“Ini sebuah gambaran bahwa domestik kita cukup punya confidence untuk membeli saham-saham kita, karena tadi valuasi saham-saham kita yang blue chip sudah cukup murah dibandingkan di industri,” ujar Iman.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mencatat modal asing keluar bersih dari pasar saham di Indonesia per 27 Maret 2025 mencapai Rp29,92 triliun secara year-to-date (ytd).
Di tengah sentimen terhadap kondisi perekonomian global, pasar saham domestik ditutup sebesar 3,83 persen mtd pada 27 Maret 2025 ke level 6.510,62 atau ytd melemah sebesar 8,04 persen.
(Taufik Fajar)