Salah satu faktor yang diperkirakan turut menyebabkan anjloknya penjualan Tesla adalah kontroversi yang melibatkan sang CEO, Elon Musk. Dukungan terbuka Musk terhadap partai politik sayap kanan Jerman, Alternative for Germany (AfD), serta kehadirannya dalam acara kampanye mantan Presiden AS Donald Trump menuai kecaman dari publik Eropa, terutama di Jerman. Hal ini dinilai berdampak pada citra Tesla di mata konsumen.
Di sisi lain, BYD sebagai pesaing utama Tesla justru mencatatkan kinerja penjualan yang mengesankan. Sepanjang tahun 2024, pendapatan BYD mencapai 107 miliar dollar AS, mengungguli Tesla yang hanya memperoleh 77,7 miliar dollar AS. Meskipun dihadapkan pada hambatan berupa tarif tinggi di pasar Eropa dan Amerika Serikat, BYD tetap menunjukkan optimisme terhadap target penjualan tahun 2025.
Wang Chuanfu mendirikan BYD pada tahun 1995 di Shenzhen, dengan fokus awal pada produksi baterai isi ulang. Seiring waktu, perusahaan ini bertransformasi menjadi raksasa industri otomotif, khususnya dalam sektor kendaraan listrik.
Di bawah arahan Wang, BYD berhasil menembus pasar global dengan produk-produk inovatif seperti BYD Tang dan BYD Qin.
Kesuksesan ini menjadikan Wang sebagai salah satu tokoh penting dalam industri otomotif global. Menurut Forbes, kekayaan bersih Wang per April 2025 diperkirakan mencapai USD 24,9 miliar atau sekitar Rp 417,5 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.770 per dolar AS).
Jumlah tersebut meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya, di mana kekayaan Wang bertambah sekitar USD 898 juta atau hampir Rp 15 triliun. Peningkatan ini mencerminkan kesuksesan BYD dalam menguasai pasar kendaraan listrik di tengah berbagai tantangan ekonomi global.
Wang Chuanfu juga menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya terhadap inovasi teknologi dan praktik bisnis berkelanjutan. Kepemimpinannya menjadi contoh bagaimana visi jangka panjang, inovasi produk, dan pemahaman terhadap pasar dapat membuahkan hasil yang luar biasa.
(Taufik Fajar)