Dari sisi eksternal, Josua melihat stabilitas nilai tukar Rupiah masih terjaga kuat. Ia menunjuk tiga penyangga utama yang mencegah pelemahan Rupiah lebih dalam meskipun terjadi arus keluar portofolio seperti surplus perdagangan bahan baku yang melebar (ekspor sawit dan logam), intervensi BI yang lebih terdiversifikasi (pasar spot dan transaksi lindung nilai) dan faktor revaluasi cadangan devisa.
"Melihat ke kuartal empat, posisi cadangan devisa relatif terjaga karena dukungan penarikan pinjaman dan penerbitan surat utang pemerintah dalam valuta asing. Artinya, meski aliran portofolio masih menantang, sandaran cadangan dapat membatasi pelemahan Rupiah yang berlebihan," tegas Josua.
Meskipun proyeksi cenderung memangkas, Josua menggarisbawahi dua alasan utama BI bisa memilih menahan suku bunga yakni jadwal RDG BI yang berdekatan dengan FOMC meningkatkan ketidakpastian dan risiko sinyal pasar.
Namun demikian, Josua memastikan, apabila BI memilih mempertahankan suku bunga, hal itu lebih merupakan upaya menata ritme kebijakan. "Jeda tidak berarti siklus pelonggaran berakhir; dan lebih merupakan upaya menata ritme agar penurunan suku bunga tidak memicu interpretasi yang keliru," kata dia.
Dampak pemangkasan 25 bps diperkirakan akan melanjutkan penurunan bertahap suku bunga kredit dan imbal hasil obligasi tenor pendek, dengan catatan sentimen global tidak memburuk tajam.
(Dani Jumadil Akhir)