E-Commerce di Era AI: Ketika Bukti Keaslian Manusia Menjadi Kunci Kepercayaan Digital

Opini, Jurnalis
Senin 27 Oktober 2025 12:22 WIB
E-commerce di Indonesia telah tumbuh secara signifikan selama lima tahun terakhir. (Foto: Okezone.com/Freepik)
Share :

JAKARTA - Kalender belanja online Indonesia diperkirakan akan semakin sibuk seiring dengan mendekatnya momen e-ritel tahunan seperti 10.10, 11.11, dan Harbolnas 12.12. Terlebih transaksi e-commerce di Indonesia telah tumbuh secara signifikan selama lima tahun terakhir. Dari data Bank Indonesia mengungkapkan bahwa nilai transaksi e-commerce telah meningkat dari Rp 205,5 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 487,01 triliun pada tahun 2024.

Tapi ada realitas baru yang hanya sedikit orang tahu. Lebih dari separuh orang yang mengunjungi toko online saat ini bukanlah orang sungguhan. Mereka adalah bot yang sangat cerdas, didukung oleh AI, dan "lapar" akan barang. Bot-bot ini mungkin bertindak seperti orang sungguhan, bahkan sampai hal-hal kecil seperti cara mereka menggerakkan mouse, yang membuatnya sulit untuk membedakan mereka dari konsumen sebenarnya.

AI dapat melakukan lebih dari sekadar menyarankan sesuatu atau membuat prosedur checkout lebih baik. Teknologi ini dapat membuat akun palsu yang tampak seperti akun asli, ulasan palsu yang dapat mengubah pikiran orang tentang membeli sesuatu, dan pasukan bot yang dapat melewati CAPTCHA lebih cepat daripada solusi keamanan baru. Lucu bagaimana teknologi baru yang seharusnya membuat belanja lebih manusiawi justru membuatnya lebih palsu.

Langkah Kedepan: Proof of Human dalam E-commerce

Dengan perbedaan antara perilaku manusia dan AI yang semakin kabur, metode baru muncul: Proof of Human. Proof of Human mengacu pada metode yang memverifikasi pengguna online sebagai manusia asli, bukan bot atau AI.

Sistem bukti manusia telah ditemukan pada tahun 1949. Matematikawan Inggris Alan Turing memperkenalkan "imitation game", untuk menantang mesin agar menunjukkan kecerdasan seperti manusia. Ketika diterapkan pada platform online, metode tersebut dapat memastikan keaslian dengan mencegah eksploitasi dan penyalahgunaan otomatis seperti spam, penipuan, atau informasi yang salah.

Metode ini menjadi sangat inovatif justru dengan apa yang tidak dicapainya. Bukti manusia hanya memverifikasi bahwa satu orang sama dengan satu verifikasi. Ini berbeda dari sistem verifikasi tipikal yang menyimpan informasi pribadi dan memudahkan peretas untuk mengaksesnya.

Efeknya pada belanja online bisa langsung terlihat. Pertama, mengurangi kerugian akibat penipuan dengan menghentikan bot, pasukan bot, dan serangan terkoordinasi sebelum merugikan jutaan Rupiah. Kedua, menjaga rilis eksklusif berarti memastikan bahwa barang edisi terbatas sampai ke pembeli asli, bukan bot penjual kembali.

Kedua, menjaga rilis produk secara eksklusif berarti memastikan bahwa barang edisi terbatas sampai ke pembeli asli, bukan bot reseller.

Ketiga, memulihkan integritas dari komentar atau feedback. Dengan adanya proof of human, maka para penjual dapat memastikan feedback hanya berasal dari pelanggan asli. Alias pelanggan yang akan membantu membangun kepercayaan brand dan meningkatkan penjualan. Keempat, melindungi promosi: memastikan diskon kilat dan penawaran khusus hanya untuk manusia dan bukan bot, yang mungkin memanfaatkan kesalahan harga.

Membangun kepercayaan untuk era AI

Integrasi bukti manusia ke dalam platform e-commerce menandai pergeseran mendasar dalam cara kita memandang kepercayaan digital. Pedagang dapat dengan aman memanfaatkan manfaat AI sambil juga melindungi diri dari ancamannya dengan menyiapkan cara aman untuk memverifikasi identitas orang.

Teknologi ini memungkinkan kontrak sosial baru untuk perdagangan digital. Bisnis mendapatkan kepercayaan diri bahwa mereka melayani pelanggan nyata yang menghargai produk mereka. Konsumen menikmati peningkatan privasi sambil mendapatkan akses yang adil ke barang dan jasa yang mereka inginkan. Ini adalah model yang mengakui potensi besar AI sekaligus risiko yang menyertainya. Ini menciptakan ruang di mana ide-ide baru dapat berkembang tanpa kehilangan sentuhan manusia yang membuat bisnis berharga.

Pedagang yang akan sukses di dunia baru ini adalah mereka yang memahami kebenaran mendasar: di era AI, bukti keaslian manusia adalah kunci untuk perdagangan digital jangka panjang. Seiring dengan kecerdasan bot dan AI yang membuat sulit membedakan mana yang asli dan mana yang tidak, bukti teknologi manusia memberi kita sesuatu yang tak ternilai harganya: metode untuk menjaga bisnis tetap manusiawi.

Wafa Taftazani

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya