Menarik Minat Pasar Internasional
Selain mendapatkan apresiasi publik, karya hasil kolaborasi tersebut juga mulai menarik minat pasar internasional.
Salah satu desainer, Sofie, mengungkapkan bahwa dalam rangkaian Bali Fashion Trend 2026 telah diterima permintaan awal (order inquiry) dari buyer yang berasal dari Prancis dan Malaysia.
Minat tersebut dinilai sebagai sinyal positif atas kualitas dan daya saing produk hasil pembinaan warga binaan pemasyarakatan di pasar global.
Salah satu koleksi yang ditampilkan memadukan batik tradisional dengan desain urban modern kontemporer, bergaya street wear, dipadukan dengan motif, yang seluruh proses produksinya melibatkan warga binaan dari sejumlah unit pemasyarakatan. Diantaranya dari lapas Jambi, Bengkulu, Manado, Malang, Semarang, Pontianak, Sumenep, Madiun. Secara keseluruhan terdapat 24 unit lapas yang berkolaborasi dalam acara ini.
Karya-karya tersebut dipersiapkan melalui pendampingan intensif, mulai dari pengembangan desain hingga standar kualitas produk siap pasar.
Agus juga menyampaikan apresiasi kepada Indonesia Fashion Chamber, atas komitmen membuka ruang kolaborasi lintas sektor.
Menurutnya, langkah tersebut mencerminkan peran aktif industri fashion dalam mendorong tanggung jawab sosial sekaligus penguatan ekosistem kreatif nasional.
Reformasi Pemasyarakatan
Program kolaborasi ini, lanjut Agus, sejalan dengan arah reformasi pemasyarakatan serta implementasi nilai-nilai KUHP Baru 2025 yang menekankan pendekatan rehabilitasi dan reintegrasi sosial.
Dari sisi sosial dan psikologis, program ini membantu memulihkan kepercayaan diri warga binaan. Dari sisi sistemik, kolaborasi tersebut menjadi model integrasi pemasyarakatan dengan industri kreatif yang berpotensi direplikasi di berbagai daerah.
Ke depan, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan berkomitmen mengembangkan program kolaborasi secara berkelanjutan melalui perluasan kerja sama dengan lebih banyak desainer dan brand fashion nasional, penguatan akses pemasaran produk warga binaan ke pasar domestik dan internasional, serta peningkatan kapasitas pembinaan di unit pelaksana teknis pemasyarakatan.
“Setiap warga binaan memiliki potensi untuk berubah dan berkontribusi. Tugas negara adalah membuka jalan, memberi kesempatan, dan menumbuhkan kepercayaan,” tegas Agus.
(Dani Jumadil Akhir)