KUTA - Indonesia menargetkan bisa menjadi pemimpin atau pusat industri kreatif di regional ASEAN pada 2014 mendatang. Untuk menggapai target tersebut, potensi yang besar termasuk sumber daya manusia yang mumpuni harus didukung oleh mengalirnya investasi terhadap industri tersebut.
Demikian diungkapkan Deputy Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi di sela-sela pelaksanaan kegiatan jambore wirausaha dalam rangka mendukung ASEAN Fair 2011, di Musro, Kuta Bali, Kamis (10/11/2011).
"Target kita jadi pusat industri kreatif itu ya paling tidak tercapai pada 2014 mendatang," ungkap Edy.
Ia mengakui, sejauh ini perkembangan industri kreatif di Indonesia masih banyak dihambat oleh aturan birokrasi yang rigid dan kaku sehingga menjadi salah satu tantangan tersendiri buat industri ini tumbuh.
"2012 besok, kami di Kemenko Perekonomian fokus untuk membebani hal ini. Babat habis regulasi yang menghambat," serunya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo menyebutkan, berdasarkan survey Bank Dunia, pada 2011 peringkat Doing Business Indonesia masih rendah. Dalam memulai usaha saja Indonesia berada diperingkat 155.
Sedangkan dalam mendapatkan akses kredit juga masih berada diperingkat 126 dunia. Di ASEAN, Peringkat doing business Indonesia masih lebih rendah dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Vietnam. Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Filipina, Kamboja, dan Laos.
Namun, Edy yakin dengan langkah-langkah strategis yang akan dijalankan, target tersebut bukanlah hal yang muluk. Mengingat kenyataan yang ada saat ini sangat mendukung Indonesia untuk mencapainya. Di antara negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sendiri, potensi untuk industri kreatif berkembang lebih jauh sangat besar.
"Singapura jumlah penduduknyua sedikit dan pasarnya terbatas. Sedangkan Singapura banyak sekali retsriksi (batasan aturan)," serunya.