JAKARTA - Tidak ada yang menyangka Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil pernah mengalami perjalanan hidup yang berliku. Pria asli daratan Aceh ini mengawali kariernya sebagai buruh pabrik karet.
Ketika bekerja di pabrik tersebut, ternyata Sofyan muda mengimpikan menjadi seorang tokoh Adam Malik. Impian tersebut menjadi salah satu alasan dia hijrah ke Ibu kota Indonesia.
"Saya dulu kerja di pabrik karet ingin seperti Adam Malik. Eh, rupanya jadi juga walaupun enggak jadi Menteri Luar Negeri," tuturnya seraya memberi senyuman kepada awak media di Kantornya, Rabu 6 Mei malam.
Tidak hanya buruh pabrik, ternyata Menteri Sofyan menyatakan diri juga pernah menjadi penjaga Masjid. Hal itu dilakoninya ketika baru merantau ke Jakarta dan tidak memiliki pekerjaan.
Akhirnya ia menjadi penjaga masjid dan pengajar Rohani Islam (Rohis). Pekerjaan menjadi pengajar Rohis bisa didapatkannya lantaran pernah belajar di sekolah Islam.
"Saya tinggalkan Aceh, pergi ke Jakarta. Enggak ada kerjaaan, nganggur, tidur di Masjid, habis baju dijual. Tapi akhirnya kerja mengajar Rohis di Kejaksaan Agung (Kejagung)," cerita Sofyan.
Seiring waktu berlalu, ketika berumur 25 tahun, anak Aceh ini diterima di Universitas Indonesia. Awalnya dia tak percaya bisa masuk kampus yang tersohor tersebut. Namun ternyata benar namanya tercantum. Sofyan pun menjalani kuliah hukum selama lima tahun.
"Lima tahun lulus, saya Sarjana Hukum, kemudian kerja di lembaga penelitian dan tidak lagi jadi penjaga Masjid di Kejagung," katanya.
Waktu pun terus berlalu. Ternyata pada usia 31, Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara ini baru sadar bahwa tidak pernah belajar Matematika. Meski sudah usia kepala tiga, namun Sofyan pantang menyerah. Baginya belajar tidak pernah mengenal usia.
"Saya melanjutkan sekolah, jadi saya harus belajar matematia, saya baru tau kalau minus dikalikan minus hasilnya jadi plus waktu saya umur 31. Bingung saya, karena enggak pernah belajar matematika," ucapnya.
Untuk itu, dengan pengalaman hidupnya tersebut, dia meminta kepada seluruh generasi muda di Indonesia untuk selalu berpikir positif dan memiliki mimpi besar. "Kalau berpikir besar, insyaa Alah Anda akan menjadi orang besar. Karena cita-cita adalah doa," katanya.
Dia pun memberikan inspirasi dari politisi sekaligus filsuf besar, Muhammad Iqbal. Tokoh yang tenar pada abad ke-20 itu pernah mengatakan 'Hai orang muda negosiasilah dengan Tuhan tentang masa depan, berpikir besar berpikiran besar adalah doa dan selalu yakin Tuhan'.
Kalimat di atas menjadi wejangan yang diberikan Menteri Ekonomi pada beberapa awak media yang menunggu di Kantornya. Menurutnya, yang terpenting adalah melakukan yang terbaik.
"Jangan pesimistis, orang Indonesia harus optimistis. Kita pergi ke Jepang untuk menghadiri bisnis forum dengan Presiden. Waktu itu yang hadir 1.400 pebisnis, belum pernah sebelumnya bisnis forum dihadiri pebisnis sebanyak 1.400. Persiapkan diri, jangan pernah anggap enteng orang muda," tukasnya.
(Fakhri Rezy)