JAKARTA - Sejumlah kalangan menanti-nanti kebijakan Presiden baru Amerika Serikat (AS) Donald J Trump. Pasalnya dalam sebuah kesempatannya, ia mengatakan akan menaikan suku bunga The Fed di tahun 2017 setelah akhir tahun 2016 lalu AS menaikan suku bunganya.
Hal ini pun dikhawatirkan akan mempengaruhi geliat sektor properti di Kawasan Asia. Negara yang kemungkinan akan terpengaruh di antaranya, China, Hong Kong dan Singapura yang merupakan negara dengan pertumbuhan sektor properti paling pesat.
Seperti sebuah laporan yang diterbitkan oleh Colliers International dikutip Selectproperty, diperkirakan pertumbuhan pasar properti di Asia akan melambat di tahun 2017 ini. Hal itu dikarenakan ketidakpastian global yang terjadi akhir-akhir ini, sehingga dapat memicu mundurnya investor di Asia.
Ditambah lagi, ketidakpastian global ini diperkuat dengan wacana As yang berniat menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali yang berimbas terhadap menguatnya dolar AS (USD) dan perekonomian negara tersebut. Bahkan saat ini, China sudah menunjukkan penurunan gairah market propertinya.
Sebuah laporan yang dikutip Selectproperty pun menunjukkan pula penurunan yang terjadi di Hong Kong. Dikombinasikan dengan kenaikan suku bunga, di Hong Kong, diperkirakan bahwa biaya meterai baru akan menyurutkan pasar perumahan Hong Kong hingga melewati 2017.
Bahkan diyakini pasar properti di Hong Kong akan mengalami penurunan harga mencapai 5% hingga akhir 2017.
Melirik Singapura, hal serupa pun dialaminya. Tak tanggung-tanggung, tercatat harga properti di negara ini menurun dengan tajam sejak 2013 lalu di mana sektor properti di Singapura sedang merangkak naik. Untuk itu, Singapura dinilai perlu memerhatikan langkah-langkah dalam mengembalikan iklim pasar di sektor properti untuk kembali tumbuh.
(Raisa Adila)