JAKARTA - Belum lama ini, Gubernur The Federal Reserve Janet Yellen mengatakan dia tidak percaya akan ada krisis keuangan, setidaknya selama dia masih hidup. Pasalnya, reformasi industri jasa keuangan sejak krisis terus ditingkatkan, oleh karena itu akan menjadi preseden buruk jika krisis kembali terjadi.
Lalu bagaimana kondisi keuangan di Indonesia?
Tidak jauh berbeda dengan Gubernur Bank Sentral Amerika, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan bahwa secara umum kondisi keuangan perbankan di Indonesia dalam keadaan aman.
Baca Selengkapnya: Janet Yellen Sebut Tak Akan Ada Krisis Keuangan Selama Dia Hidup
Pernyataan Agus dilandasi oleh data - data perbankan yang masih dalam teritori positif. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 23%, sementara rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,1%. Selain itu, Agus juga menilai bahwa likuiditas perbankan juga masih terjaga. "Secara umum perbankan kami baik dan sehat," ujarnya di BI Senin, (3/7/2017).
Agus melanjutkan, dibandingkan dengan negara Eropa seperti Italia, kondisi NPL Indonesia masih terbilang bagus. Namun, bank sentral akan tetap menjaga posisi NPL serta memberikan himbauan kepada seluruh bank di Indonesia, baik bank negara maupun bank swasta.
Menurutnya, hal yang diwaspadai oleh bank sentral adalah pertumbuhan kredit. Selain itu, bank sentral juga akan terus mengawasi kondisi perekonomian dunia. "Yang masih kami terus ikuti adalah pertumbuhan kredit yang masih di bawah dua digit," terangnya.
Sekadar informasi, sejak terjadi krisis perbankan global tahun 2007-2009, reformasi sistem perbankan terus dilakukan. Sehingga Yellen optimis krisis yang sama tidak akan terulang. Perbaikan di sektor keuangan menurut Yellen, dapat ditunjukkan dengan langkah The Fed, yang akan terus menaikkan suku bunga secara bertahap.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)