Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Marak Jual Beli Data Nasabah, Hati-Hati saat Lakukan 4 Hal Ini!

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Rabu, 06 September 2017 |07:17 WIB
Marak Jual Beli Data Nasabah, Hati-Hati saat Lakukan 4 Hal Ini!
Ilustrasi: (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA – Terbongkarnya kasus jual beli data nasabah mengejutkan masyarakat. Tak hanya itu, masyarakat juga khawatir jika nomor telepon hingga data dirinya tersebar luas dan dimanfaatkan oleh orang lain.

Penjualan data nasabah terkuak saat Bareskrim menangkap pelaku yang diketahui berinisal C. Dia diduga menjual data menggunakan jaringan internet.

Untuk menghindari hal tersebut, Okezone telah merangkum beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Berikut adalah hal yang harus dilakukan agar data Anda tidak tersebar:

1. Hati-Hati saat Mengisi Formulir

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati ketika isi formulir. Pada saat mengisi data pribadi, pastikan anda membaca ketentuan sharing data yang berada di formulir.

Baca Juga: Data Nasabah Rentan Bocor, Hati-Hati dengan Pegawai Bank Palsu

"Kadang waktu isi formulir enggak dibaca dan ditandatangani sharing formulir. Itu masyarakat harus paham,"ujarnya, di Masjid Kompleks BI, Jakarta, Jumat (25/8/2017).

Terkait hal ini, OJK akan melakukan sosialisasi pada masyarakat perihal ini. Pasalnya, ketika formulir pengisian ada tanda yang menyetujui bahwa nasabah mengizinkan untuk sharing data, maka akan sulit nantinya.

2. Hati-Hati dengan Pegawai Bank Palsu

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengimbau nasabah untuk lebih berhati-hati, mengingat kerahasiaan data nasabah begitu rentan. Jebolnya rahasia data nasabah bank itu pun kerap dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk melakukan penipuan yang tujuannya untuk menguras dana milik nasabah dengan berbagai cara yang mereka miliki.

Bos dari bank berkode saham BMRI itu pun mengatakan, ada oknum nakal yang berpura-pura menjadi pegawai bank guna membujuk nasabah, yang ujung-ujungnya akan merugikan nasabah.

Baca Juga: Jual Beli Data Nasabah, Ketua OJK: Masyarakat Harus Paham Ketika Isi Formulir

"Ada menyamar jadi pegawai bank dan memalsukan, menggunakan Id bank. Mereka bertindak seolah SPG. Kadang kehati-hatian dari customer juga penting. Kita tahu enggak gampang. Misal telepon dan tau punya bank di mana pura-pura dari bank kadang masyarakat kurang aware. Sumbernya beragam," jelasnya.

Untuk itu, menurut dia masyarakat perlu disosialisasi agar ke depannya lebih berhati-hati dalam menggunakan data-data yang dimilikinya. Sebab ada oknum yang mengincar data mereka.

3. Hati-Hati saat Belanja Online

Sama halnya dengan mengisi formulir, Anda juga perlu berhati-hati saat mengisi data di online shop. Sebab, hingga kini belum ada lembaga yang mengawasi keamanan belanja secara online.

Misalnya, setiap melakukan pembelian, maka penjual akan meminta tiga digit terakhir nomor kartu.

"Itu siapa yang ngatur keamanannya di toko online? Belum ada kan. Kalau  bank very regulated, ada banknya, diawasi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Bisa ketahuan dari situ," ungkap Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas.

4. Hati-Hati saat Menggunakan Kartu Kredit

Tak disangka, ternyata saat kartu kredit digesek pada mesin kasir, data Anda bisa terekam secara otomatis. Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas mengatakan, sejatinya transaksi kartu kredit cukup dengan menggesekkan kartu ke mesin EDC. Tidak perlu digesek ke mesin kasir.

Baca Juga: Dirut BRI Bakal Pecat Karyawan yang Berani Jual Data Nasabah!

Pertama menggesekkan kartu kredit atau debit ke mesin EDC, kemudian kasir menggesekkan lagi ke keybord komputer atau mesin cash register yang ada di kasir. Padahal sudah cukup dengan menggesekkan ke ECD. Jangan mau, karena itu merekam data nasabah di komputer atau hardisk PC mereka," jelasnya.

Dirinya menjelaskan jika selama ini sudah ada kerjasama khusus antara pihak perbankan dan merchant dalam menjaga kerahasiaan nasabah.

"Sebetulnya sudah ada kerjasama khusus, tapi biasanya manager yang bertugas di lapangan dan pihak Visa-nya sendiri, karena itu kan link sama Visa, semua EDC kan harus ada Hub-nya, nah itu Visa, seharusnya mereka bisa me-maintance kasirnya," kata Rohan.

Rohan menambahkan, saat ini sistem yang digunakan Indonesia belum menerapkan sistem integrasi antara mesin cash register atau keyboard komputer dengan perbankan. Berbeda dengan di negara maju yang sudah menerapkan hal tersebut.

"Kasir itu seharusnya kan input data manual bukan digesek ke PC, tapi mereka malas ketiknya. Kalau di luar negeri kan mesin kasirnya langsung ke bank. Kalau di kita masih sendiri-sendiri," tambahnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement