JAKARTA– Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit perbankan pada Agustus 2017 sebesar Rp4.514,5 triliun atau tumbuh 8,4% (year on year/yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit utamanya didorong kredit investasi dan kredit konsumsi.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, kredit investasi tercatat sebesar Rp1.123 triliun atau naik 6,8% lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 6,2%. “Sejalan dengan hal tersebut, kredit konsumsi juga turut mengalami peningkatan pertumbuhan dari 10,1% pada Juli 2017 menjadi 10,2%,” ujar Agusman di Jakarta.
Dia melanjutkan, akselerasi pertumbuhan kredit investasi didorong oleh peningkatan pertumbuhan pada kredit yang disalurkan kepada sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan yang masing-masing naik menjadi 7,3% dan 4,8%.
Baca juga: BI: Peraturan Baru Rasio Pembiayaan Pendanaan Tak Ganggu Kredit
Sementara itu, kredit investasi yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan terakselerasi terutama oleh pertumbuhan industri pengolahan yang diinvestasikan di lokasi proyek provinsi Jawa Timur yang tercatat tumbuh 9,97% pada Juli 2017 menjadi 12,14% dengan porsi 6,7% terhadap total kredit investasi sektor industri pengolahan pada Agustus 2017. “Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan pada kredit investasi, pertumbuhan kredit konsumsi juga terakselerasi,” ujarnya.
Pada akhir Agustus 2017, kredit konsumsi tercatat sebesar Rp1.316,3 triliun atau naik 10,2% sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya 10,1%. Menurutnya, peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi tersebut terutama terjadi pada peningkatan kredit pemilikan rumah (KPR). Pertumbuhan KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tercatat naik dari 9,1% pada bulan sebelumnya menjadi 10,4% pada Agustus 2017.
Meskipun demikian, sambung Agusman, kredit sektor properti justru mengalami perlambatan menjadi 13,5%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 13,9%. Dia mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh sektor kredit konstruksi dan real estate terutama untuk jenis penggunaan modal kerja.
Baca juga: Ketua OJK: Kredit Bermasalah Perbankan Paling Tinggi Terjadi di Komersial
“Kredit konstruksi tumbuh melambat dari 23,4% menjadi 22,1% pada Agustus 2017,” katanya. Pertumbuhan real estate juga tercatat mengalami perlambatan menjadi sebesar 8,5% dari 12,4%. Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh melambat dari 7,5% pada Juli 2017 menjadi 7,3% dengan nominal sebesar Rp2.075,3 triliun. Menurut dia, kredit modal kerja tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada sektor industri pengolahan serta sektor konstruksi yang masing-masing melambat menjadi 4,6% dan 28% pada Agustus 2017.
Di sisi lain, suku bunga kredit dan suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan yang mencerminkan pengaruh pelonggaran kebijakan mo-neter melalui transmisi suku bunga. “Rata-rata suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,68%, turun 5 basis poin (bps) dari bulan sebelumnya yang mengikuti penurunan BI-7 Day repo rate yang turun 25 bps pada Agustus 2017,” ucapnya.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo berharap, dengan diturunkannya suku bunga acuan sebanyak 175 bps perbankan dapat segera meresponsnya dengan menurunkan suku bunga kredit. Dia juga menilai bahwa suku bunga kredit memang terasa lebih lambat penurunannya dibandingkan dengan suku bunga deposito.
Baca juga: NPL Tertahan di 3%, BI: Pertumbuhan Kredit Masih Rendah
“Kita lihat, dari sisi deposit sudah ada penurunan sampai 147 basis poin. Kemudian, dari sisi kredit itu lebih pelan, dia baru turun sekitar 115 basis poin. Kami ingin supaya kredit perbankan dapat turun lebih cepat,” ucapnya.
Ke depan, intermediasi perbankan diperkirakan akan membaik sejalan dengan penurunan suku bunga acuan dan pelonggaran kebijakan makroprudensial oleh BI, serta kemajuan dalam konsolidasi perbankan dan korporasi. Selain itu, pembiayaan perekonomian melalui pasar modal diharapkan juga semakin membaik sejalan dengan langkah-langkah pendalaman pasar keuangan.
(Rizkie Fauzian)