JAKARTA - Pemerintah mematok nilai tukar rupiah sebesar Rp13.500 per dolar Amerika Serikat (AS) di Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Patokan ini menurun Rp100 dari Rp13.400 di APBN 2018.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, rupiah ditetapkan melemah di tahun ini dianggap masih di dalam batas wajar. Karena pada 2017 lalu, nilai tukar di tetapkan Rp13.400 per USD namun realisasi bisa mencapai lebih kuat yakni Rp13.384 per USD.
"Tahun 2018 rupiah diproyeksi akan berada di level Rp13.500. Masih cenderung fluktuatif sampai akhir tahun," ungkap Bhima kepada Okezone.
Baca Juga: Cadangan Devisa Naik, Rupiah Malah Tertekan ke Rp13.429/USD
Bhima menyatakan, rupiah di 2018 akan mengalami pelemahan tertinggi mencapai Rp13.800 per USD, artinya lebih tinggi dari 2017 yang anjlok terendah mencapai Rp13.645 per USD.
Seperti diketahui, di kuartal IV-2017 sempat anjlok hingga mencapai Rp13.600 per USD. Bahkan rupiah pernah tercatat mencapai Rp13.645 per USD (Data Reuters, Jumat, 27/10/2017).
Sedangkan data Bank Indonesia (BI), pada hari yang sama Jisdor mencatat nilai tukar rupiah mengalami pelemahan hingga Rp13.630 per USD. Nilai ini tercatat anjlok tinggi dari hari sebelumnya (Kamis, 26/10/2017) rupiah tercatat Rp13.560 per USD dan Reuters di hari yang sama mencatat Rp13.582 per USD.
Baca Juga: Target Penerimaan Pajak 2018: Ambisius dan Sulit Tercapai
Bhima menjelaskan, tahun 2018 ini rupiah yang anjlok akan dipengaruhi oleh beberapa hal mulai dari perekonomian domestik hingga global. Salah satunya yang mempengaruhi yakni kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral AS.
"Rupiah anjlok Rp13.800 maksimal. Hal itu akan mengorbankan cadangan devisa kita yang Desember ini mengalami kenaikan menjadi USD130 miliar. Faktornya reformasi kebijakan AS akan memicu capital outflow," jelasnya
Menurutnya, dana asing sepanjang 2017 di pasar modal tercatat keluar sebesar Rp40 triliun. Selain itu Fed rate diprediksi akan naik hingga 4 kali di 2018 atau total naik 1%. Fed rate menyebabkan investor mengalihkan dananya ke AS.
Selain itu, ketegangan politik di Semenanjung Korea dan Timur Tengah di nilai masih akan mewarnai sentimen negatif pada mata uang negara-negara berkembang di Asia, salah satunya Indonesia.
"Investor flight to quality mencari aset dengan return yang lebih tinggi tapi relatif aman. Sentimen juga masih negatif karena ketegangan Timur Tengah. Fed Rate akan naik 4 kali di tahun ini. Komoditas juga makin booming yang buat kita enggak bagus karena kita net importir minyak jadi enggak bagus bagi rupiah," jelasnya.
Sementara itu, faktor dari dalam negeri yang dinilai akan membuat rupiah terperosok terhadap dolar AS adalah tahun politik yang akan mulai berlangsung di 2018 hingga tahun depan yang akan semakin sengit.
"Yang terakhir adalah faktor domestik yakni risiko kegaduhan pilkada dan pemilu serta prospek pertumbuhan ekonomi dan daya beli," tukasnya.
Baca Juga: Adu Kuat Ritel Konvensional vs Online di 2018, Siapa yang Menang?
Sementara itu, Ekonom Bank Pertama Josua Pardede menyebutkan sepanjang 2017, rupiah akan ada di kondisi terburuk mencapai angka Rp13.600.
"Kebijakan AS seperti reformasi pajak serta proteksionisme diperkirakan masih akan mempengaruhi kondisi di perekonomian global. Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp13.400-Rp13.600 per dolar pada tahun ini," jelasnya kepada Okezone.
Baca Juga: Industri Properti di Tahun Politik Bakal Cemerlang, Nasib Rumah Murah?
Sejalan dengan Bhima, dia mengatakan kondisi terpuruk rupiah ini juga masih dipengaruhi oleh tantangan global dari sisi geopolitik berupa ketegangan di Semenanjung Korea. Namun, dia juga melihat bahwa fundamental ekonomi Indonesia juga cenderung terus membaik di tahun ini.
"Namun demikian, di tengah pemulihan yang terjadi, perekonomian global masih menghadapi tantangan jangka pendek yang perlu diwaspadai antara lain dari global yakni pengetatan kebijakan moneter di bank sentra negara maju, terutama kenaikan FFR dan pengurangan aset neraca keuangan the Fed seiring dengan penguatan ekonomi AS," tukasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)