JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kinerja sektor perbankan selama 2018 cukup baik karena pertumbuhan kredit per November 2018 tumbuh 12,05% year on year.
Sedangkan capital adequacy ratio (CAR) perbankan juga tercatat sebesar 23,32%. Adapun rasio nonperforming loan (NPL) gross dan nett perbankan tercatat masing-masing 2,67% dan 1,14%.
“Tekanan likuiditas perbankan atau loan to deposit ratio (LDR) pada November menurun menjadi 92,5% dari 94% pada Oktober. Dengan demikian, saya masih optimistis pertumbuhan kredit ke depan masih berada di 12- 13%,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana di Jakarta.
Baca Juga: Era Suku Bunga Tinggi, Bank Harus Efisien
Dia mengatakan, pertumbuhan aset perbankan syariah dan pembiayaan syariah (BUS +UUS) juga tumbuh masing-masing 7,09% dan 9,52%.
Sementara pada industri keuangan nonbank, pembiayaan yang disalurkan perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 5,14% year on year dengan tingkat nonperforming financing (NPF) berada di level 2,83% (gross ) dan 0,79% (nett ).
Heru mengungkapkan, pembiayaan yang disalurkan melalui fintech juga menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan nilai outstanding pembiayaan sebesar Rp3,9 triliun serta rasio NPF yang rendah 1,2%. Pada industri pasar modal, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi mencapai Rp162,3 triliun.
Menurut dia, jumlah ini cukup positif di tengah tekanan ekonomi global. “Meskipun diwarnai oleh peningkatan tekanan di pasar, profil risiko sektor jasa keuangan secara umum terkelola dengan baik,” ungkapnya.
Baca Juga: Bos OJK: Perbankan Siap Terapkan Standar Basel III
Kepala Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS Dody Arifianto mengatakan, pertumbuhan kredit yang lebih tinggi potensial masih berlanjut. Namun, untuk tahun 2019 diperkirakan lajunya akan sedikit mengalami perlambatan di tengah keterbatasan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) serta potensi kenaikan suku bunga kredit berdampak pada perilaku korporasi dan konsumen dalam permintaan kredit baru.
“Sementara itu, pertumbuhan DPK diyakini akan tumbuh lebih baik meskipun masih tetap lebih rendah,” ujar Dody. Sampai akhir tahun pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan masing-masing akan mencapai 11,5% dan 7,2%, sementara untuk tahun 2019 diperkirakan mencapai 12,4% dan 9,0%.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto menuturkan, pada 2019 diperkirakan pertumbuhan kredit berada di kisaran 10-12% (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8-10% (yoy). “Ke depan, Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan otoritas terkait guna turut menjaga stabilitas sistem keuangan, termasuk memantau kecukupan dan distribusi likuiditas di perbankan,” ungkapnya.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pertumbuhan kredit sampai akhir tahun ini diperkirakan akan berada di kisaran 11,5- 12%. “Sementara tahun 2019 di perkirakan akan melambat ke kisaran 10-11%,” ujarnya.
(Dani Jumadil Akhir)