Sejauh ini pertemuan kedua negara menghasilkan angin positif, apalagi China sebagai komitmen awal akan membeli 5 juta ton kacang kedelai dari Amerika. “Tentu komitmen dari China ini ditujukan untuk mulai mengimbangi keinginan dari AS. Berita ini akan sangat ditunggu oleh para pelaku pasar dan investor,” ujarnya.
Sebelumnya, Research Analyst FXTM Lukman Otunuga melihat kurs rupiah sukses menguat signifikan ke level tertinggi sepanjang tujuh bulan terakhir karena dolar AS secara umum melemah setelah Federal Reserve (Fed) tidak mengubah suku bunga pada Januari.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang dovish memperkuat spekulasi pasar, yaitu Fed akan menghentikan sementara kenaikan suku bunga tahun ini dan menjadi langkah yang pada akhirnya akan memperlemah dolar AS.
Di Indonesia, perhatian investor akan tertuju pada indeks harga konsumen atau IHK terbaru Januari dan data kedatangan wisatawan pada Desember 2018. Rilis data ini dapat memberi isyarat mengenai keadaan ekonomi domestik. Rupiah juga bisa semakin menguat apabila data ekonomi melampaui ekspektasi. Dari aspek teknis, USD-IDR dapat menantang level Rp13.970 dalam jangka pendek apabila USD terus melemah.
Dia juga menilai, perubahan The Fed sangat mendukung tren positif di pasar ekuitas, namun masih banyak faktor lain perlu diselesaikan agar pasar yang optimistis bisa terus berlanjut. Isu seperti ekonomi global yang melemah, konflik dagang AS-China, Brexit, dan berbagai faktor geopolitik lainnya akan terus menguji selera risiko investor. (Hafid Fuad)
(Dani Jumadil Akhir)