CHICAGO - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Hal ini dikarenakan dolar AS yang lebih kuat dan kenaikan ekuitas AS menumpulkan daya tarik logam mulia sebagai aset safe haven.
Melansir laman antaranews, Jakarta, Rabu (24/7/2019), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus turun USD5,2 atau 0,36 persen, menjadi ditutup pada USD1.421,7 per ounce.
Baca juga: Investor Cari Aman Buat Harga Emas Berjangka Naik
Indeks dolar AS, yang mengukur dolar terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,46 persen menjadi 97,70 pada pukul 17.10 GMT, sebelum penyelesaian perdagangan emas.
Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS menguat maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.
Baca juga: Harga Emas Antam Naik Rp9.000, Kini Dijual Rp714.000/Gram
Pada 17.15 GMT, indeks Dow Jones Industrial Average menambahkan 153,44 poin atau 0,56 persen. Indeks S&P 500 naik 16,36 poin atau 0,55 persen, dan Indeks Komposit Nasdaq naik 29,26 poin atau 0,36 persen.
Emas juga biasanya bergerak berlawanan arah dengan ekuitas AS. Ketika pasar saham sedang naik maka investor mungkin berhenti membeli aset-aset safe-haven seperti emas.
Baca juga: Ketegangan Iran-AS Meningkat, Harga Emas Meroket
Sehari sebelumnya, pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), emas berjangka menguat didorong oleh pembelian safe haven para pedagang.
Harga emas telah menguat sejak akhir Mei karena kekhawatiran tentang lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, mendorong permintaan terhadap aset-aset safe haven.
Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 6,5 sen atau 0,4 persen, menjadi USD16,476 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik USD8,9 atau 1,04 persen, menjadi ditutup pada USD861,6 per ounce.
(Fakhri Rezy)